Pada dasarnya manusia tidak pernah bisa sembunyi dari masalah, pun lari dari kenyataan bahwa hidup bukan tentang menceritakan kebahagiaan saja. Ali dan Meisya, terpaksa menghentikan mimpinya untuk menjadi pemenang di perlombaan badminton untuk mewakili provinsinya. Betapapun pembelajaran serta latihan begitu keras telah mereka lakukan semaksimal mungkin. Mengubur angan yang selama ini menjadi patokan sebagai nutrisi semangat juang, harus menerima kekalahan sekaligus menepis kasar semua bayang-bayang mimpinya.
"Kali ini kita boleh gagal, Mey. Tidak untuk tahun mendatang." Ali mengusap lembut pundak Meisya yang kemudian terlihat murung. Seperti biasa, Mey mengangguk pasrah, pasalnya ini kali kedua mereka gagal memboyong dalam perlombaan ini. Ali merangkul Meisya dan menggiringnya dari tempat pertandingan. Dengan malas mereka merapikan barang-barangnya kemudian keluar dari stadion badminton.
Meisya dan Ali saling berjanji sejak kecil untuk menjadikannya teman duet dalam pertandingan ini. Keduanya memiliki tekad juga hobi yang sama. Mereka kembali masuk sekolah setelah beberapa hari diliburkan karena harus bertanding meski akhirnya gagal(lagi). Teman sekelasnya antusias menunggu kedatangan mereka didepan pintu kelas, menanyakan hasil dari pertandingan itu, membuat Meisya jengah lantas lari menuju bangkunya tanpa memperdulikan pertanyaan dari teman sekelasnya. "Kita kalah," ucap Ali pelan. Mendengar ucapan Ali, sontak membuat teman sekelasnya menggaruk-garuk kepalanya, ada juga yang menjambak rambutnya ada juga yang memberikan semangat. Karenanya bukan mewakili sekolahnya saja, melainkan mewakili provinsinya dalam pertandingan badminton ini. Meisya memilih menutup telinga, pura-pura tidak mendengarkan celotehan temennya, tidak sabar untuk segera pulang dan tidur sepuasnya.
"Mey, tidak hanya kamu yang bersedih, Ali juga merasakan hal yang sama seperti kamu. Hanya saja dia tidak memperlihatkan itu, karena dia masih percaya akan ada kesempatan lagi," kata Nia teman sebangkunya.
"Tapi, Nia. Aku malu..., Aku malu karena aku yang terlihat antusias dan menjanjikan ke semua orang kalau aku pasti menang. Tapi hasilnya ... Aku malah gagal." Meisya benar-benar merasa malu, karena tidak memberikan hasil sesuai apa yang dibicarakannya waktu sebelum bertanding.
"Aku yakin, kamu pasti bisa membuktikannya nanti," balas Nia kemudian memeluknya. Seperti biasa, kegaduhan mengisi ruang kelas. Ali menatap Meisya lantas mengepalkan jarinya sebagai pelantara memberi semangat. Meisya tersenyum paksa lalu memerhatikan kelakuan teman-temannya yang asik bergaduh. Sedikit mengobati rasa marahnya karena gagal menerima kemenangan.
Tidak seperti biasanya Meisya memilih diam didalam kelas pas jam istirahat. Sejak kapan dia kehilangan gairah untuk tidak melayangkan bola badminton? Bukannya dia bilang menembus angin dengan bola badminton itu bisa membuatnya tenang? Lantas mengapa tidak melakukan itu. Kericuhan terjadi diluar, sedikitpun tidak ia gubris. Sendiri menelan sepi rupanya sangat dibutuhkan ketika hati sedang gundah. Seperti di emut bumi, Ali sama sekali tidak ada niatan untuk menghiburnya. Mungkinkah memberikan peluang untuk Meisya agar mencerna bahwa kekalahan bukan untuk direnungkan. Meisya terpanggil saat salah satu dari temannya yang diluar meneriakkan namanya. Tidak butuh waktu lama Meisya keluar kelas dan mencari suara yang memanggilnya.
Meisya menyusuri lorong koridor menuju keramaian yang ternyata berada di depan mading.
"Mey!" Teriak Nia setelah melihat Meisya berjalan untuk melihat informasi di mading.
"Ada apa, Nia?" Meisya makin penasaran melihat mimik wajah Nia yang sumringah.
"Ada kabar baik untukmu juga Ali," jawab Nia yang langsung memeluk Meisya. Gadis yang disapa Ratu badminton ini menerobos kerumunan siswa lain yang masih menatap Mading. Matanya terbelalak juga raut wajah yang terlihat segar seperti orang pacaran yang di kasih kejutan oleh kekasihnya, benar-benar bahagia. Ali langsung merangkul pundak Meisya disamping kanannya. Persahabatan mereka ini tidak di ragukan dalam kebangkitan atas kesempatan yang di anggap tiada batas.
Ali dan Meisya berlatih sehari penuh dalam seminggu untuk ikut daftar lomba badminton tingkat nasional. Kali ini mereka tidak akan menyia-nyiakan kesempatan terbaik ini. Untuk memantaskan diri bahwa mereka mampu kembali berjuang. Mau di sekolah atau diluar sekolah mereka giat berlatih. Menganggap ini adalah kesempatan terakhir bagi sahabat sejoli ini.
Berkat gigihnya dalam berlatih akhirnya mereka lolos mewakili Indonesia untuk lomba badminton. Membuat mereka panik juga sedikit mengeluh, pasalnya biaya transportasi mesti bayar sendiri.
Ini menjadi kendala utamanya bagi mereka.
****
Hari senin, hari pelaksanaan upacara sedang dimulai. Semua siswa berbaris rapi juga memasang telinga kuat-kuat. Katanya akan ada pengumuman penting yang akan disampaikan oleh kepala sekolah. Banyak pertanyaan di benak siswa yang tengah mendengarkan informasi penting itu.
"Kali ini, saya akan memanggil dua orang dari kalian semua untuk maju ke depan," ucap kepala sekolah disela-sela pembicaraannya.
"Langsung saja, Meisya dan Ali silakan maju ke depan."
Kontan saja membuat telinga sang empunya tercengang. Ada apa ini? Apakah akan membahas tentang kekalahannya?
"Terima kasih kepada kedua siswa ini, yang selalu memberikan kemampuannya dalam prestasi olahraga. Saya akan memberikan alat olahraga sebagai tanda keuletan mereka dalam berlatih."
Meisya dan Ali sangat bahagia, karena telah mengapresiasi perjuangan mereka. Kemudian membuka isi bingkisan itu, rupanya isinya dua pasang raket.
"Tapi Pak, apa ada maksud lain dalam hal ini?" Ali angkat bicara ditengah kegugupannya.
"Tentu ada dong," jawab Bapak kepala sekolah sambil tersenyum lebar.
"Sudah siap semuanya?" Tanya Pak kepsek.
"Siap!" Jawab seluruh siswa yang membuat Ali dan Meisya terkejut sekaligus terharu. Pasalnya mereka semua berjuang mengumpulkan dana untuk keberangkatan mereka dalam lomba badminton tingkat nasional. Beberapa siswa membawa kotak kardus bertuliskan "izinkan pejuang tangguh tidak menghentikan semangatnya".
Meisya dan Ali kembali bersemangat, sekalinya gagal ada kesempatan datang yang lebih baik daripada sebelumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar