Identitas Cerpen:
Judul : Cerita Pohon Pukul Lima
Penulis : An. Ismanto
Penerbit : Jawa Pos
Sumber : lakonhidup.com/
Waktu Terbit : 15 Maret 2020
Ringkasan Singkat Cerita:
Pohon pukul lima, satu-satunya pohon yang belum berhasil ditebang oleh para algojo. Berbagai cara sudah dilakukan untuk menebang pohon tersebut. Dari peralatan tradisional hingga alat-alat canggih sudah digunakan, bahkan dukun pun sudah didatangkan. Tiap kali pohon itu hendak ditebang, pohon tua itu mengeraskan seluruh pembuluh dan kambiumnya. Dalam lima menit hanya kulitnya saja yang terkelupas dan mata gergaji malah dibuat tumpul olehnya.
Pohon tersebut tidak mau ditebang karena ia lebih duluan lahir dan sudah sangat lama hidup di hutan ini. Ia sudah ada sebelum manusia pertama kali berburu di hutan ini dan ia juga menyaksikan bagaimana manusia pertama kali membuka ladang di hutan ini. Ia telah banyak membantu manusia melalui kanopi-kanopinya yang bisa dijadikan tempat berteduh, memberikan ranting dan dahannya untuk dijadikan kayu bakar, dan masih banyak lainnya. Bahkan ketika musim penghujan, ialah yang menghisap air dan menahannya agar daerah di bawahnya tidak banjir. Sangat banyak pengalaman yang ia rasakan di hutan ini.
Di puncak umurnya sekarang, butuh tujuh orang untuk membentuk lingkaran utuh mengelilingi batangnya. Setiap kali lingkaran kambiumnya bertambah, pengetahuan dan kebijaksanaannnya juga bertambah. Ia telah banyak melihat kebodohan manusia. Kebodohan paling menyedihkan baginya adalah laki-laki buncit yang mengaku pemilik lahan tempat ia tumbuh. Laki-laki tersebut berencana untuk membangun taman ajaib di tempat ia tumbuh. Pohon pukul lima yang tua itu menganggap gagasan lelaki tersebut adalah gagasan bodoh yang akan melahirkan tindakan bodoh.
Karena kesusahan menembang pohon tua itu. Pemilik lahan bertanya kepada pohon itu, “Apa yang kamu inginkan?” Lalu pohon tersebut membisikkan, “Aku ingin kau menyaksikan saat mesin itu menggergaji batangku.” Pemilik pohon menganggung-angguk. Ia memerintahkan algojo untuk kembali bekerja.
Pohon tua itu melihat pemilik lahan berdiri di bawah kanopinya, sebelum ia tumbang, ia telah menyiapkan bagian batangnya yang paling keras untuk diarahkan tepat di kepala pemilik lahan yang buncit itu.
Keunikan Cerpen
Di tengah banyaknya problematika kehidupan yang melanda dunia saat ini. Tema yang diangkat penulis sangat selaras dengan keadaan saat ini. Sehingga cerpen Cerita Pohon Pukul Lima ini sangat cocok dibaca oleh berbagai kalangan, apa lagi generasi muda.
Penulis menyampaikan cerita tidak dengan bertele-tele dan bahasa yang digunakan sederhana, sehingga mudah dipahami oleh pembaca.
Penulis mengambil sudut pandang penceritaan yang berbeda dengan cerpen-cerpen biasanya. Melalui sebuah pohon pukul lima yang sudah tua penulis menyalurkan kegundahan dan keluh kesahnya.
Alur cerita yang sederhana tetapi menarik dan ditutup dengan resolusi yang lucu dan tidak disangka-sangka. Menjadikan cerpen ini sangat istimewa dan pembaca tidak akan merasa rugi setelah membacanya.
Membaca cerpen tersebut akan memperlihatkan kepada kita sebuah persepsi yang jarang kita sadari. Persepsi yang akan menjelaskan kepada kita untuk tidak berlaku egois dalam hidup di dunia ini.
Cerpen tersebut tidak terlalu panjang dan mampu menyampaikan dengan baik maksud dan tujuan penulis.
Sangat banyak nilai yang bisa diambil dari membaca cerpen tersebut, dari nilai filsafat, nilai moral, nilai budaya, hingga nilai sosial.
Judul : Cerita Pohon Pukul Lima
Penulis : An. Ismanto
Penerbit : Jawa Pos
Sumber : lakonhidup.com/
Waktu Terbit : 15 Maret 2020
Ringkasan Singkat Cerita:
Pohon pukul lima, satu-satunya pohon yang belum berhasil ditebang oleh para algojo. Berbagai cara sudah dilakukan untuk menebang pohon tersebut. Dari peralatan tradisional hingga alat-alat canggih sudah digunakan, bahkan dukun pun sudah didatangkan. Tiap kali pohon itu hendak ditebang, pohon tua itu mengeraskan seluruh pembuluh dan kambiumnya. Dalam lima menit hanya kulitnya saja yang terkelupas dan mata gergaji malah dibuat tumpul olehnya.
Pohon tersebut tidak mau ditebang karena ia lebih duluan lahir dan sudah sangat lama hidup di hutan ini. Ia sudah ada sebelum manusia pertama kali berburu di hutan ini dan ia juga menyaksikan bagaimana manusia pertama kali membuka ladang di hutan ini. Ia telah banyak membantu manusia melalui kanopi-kanopinya yang bisa dijadikan tempat berteduh, memberikan ranting dan dahannya untuk dijadikan kayu bakar, dan masih banyak lainnya. Bahkan ketika musim penghujan, ialah yang menghisap air dan menahannya agar daerah di bawahnya tidak banjir. Sangat banyak pengalaman yang ia rasakan di hutan ini.
Di puncak umurnya sekarang, butuh tujuh orang untuk membentuk lingkaran utuh mengelilingi batangnya. Setiap kali lingkaran kambiumnya bertambah, pengetahuan dan kebijaksanaannnya juga bertambah. Ia telah banyak melihat kebodohan manusia. Kebodohan paling menyedihkan baginya adalah laki-laki buncit yang mengaku pemilik lahan tempat ia tumbuh. Laki-laki tersebut berencana untuk membangun taman ajaib di tempat ia tumbuh. Pohon pukul lima yang tua itu menganggap gagasan lelaki tersebut adalah gagasan bodoh yang akan melahirkan tindakan bodoh.
Karena kesusahan menembang pohon tua itu. Pemilik lahan bertanya kepada pohon itu, “Apa yang kamu inginkan?” Lalu pohon tersebut membisikkan, “Aku ingin kau menyaksikan saat mesin itu menggergaji batangku.” Pemilik pohon menganggung-angguk. Ia memerintahkan algojo untuk kembali bekerja.
Pohon tua itu melihat pemilik lahan berdiri di bawah kanopinya, sebelum ia tumbang, ia telah menyiapkan bagian batangnya yang paling keras untuk diarahkan tepat di kepala pemilik lahan yang buncit itu.
Keunikan Cerpen
Di tengah banyaknya problematika kehidupan yang melanda dunia saat ini. Tema yang diangkat penulis sangat selaras dengan keadaan saat ini. Sehingga cerpen Cerita Pohon Pukul Lima ini sangat cocok dibaca oleh berbagai kalangan, apa lagi generasi muda.
Penulis menyampaikan cerita tidak dengan bertele-tele dan bahasa yang digunakan sederhana, sehingga mudah dipahami oleh pembaca.
Penulis mengambil sudut pandang penceritaan yang berbeda dengan cerpen-cerpen biasanya. Melalui sebuah pohon pukul lima yang sudah tua penulis menyalurkan kegundahan dan keluh kesahnya.
Alur cerita yang sederhana tetapi menarik dan ditutup dengan resolusi yang lucu dan tidak disangka-sangka. Menjadikan cerpen ini sangat istimewa dan pembaca tidak akan merasa rugi setelah membacanya.
Membaca cerpen tersebut akan memperlihatkan kepada kita sebuah persepsi yang jarang kita sadari. Persepsi yang akan menjelaskan kepada kita untuk tidak berlaku egois dalam hidup di dunia ini.
Cerpen tersebut tidak terlalu panjang dan mampu menyampaikan dengan baik maksud dan tujuan penulis.
Sangat banyak nilai yang bisa diambil dari membaca cerpen tersebut, dari nilai filsafat, nilai moral, nilai budaya, hingga nilai sosial.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar