Minggu, 04 April 2021

[Antologi Prosais] Hati



Misteri Hati

Oleh: Siti Azizah 


Kala bel pulang berdentang, hampir seluruh peserta didik berhamburan keluar gerbang. Kumencari sosok gadis berkerudung panjang yang kucintai. Sebuah tamparan terasa jelas di hatiku. Bagaimana tidak, wanita yang kucintai membentak penuh angkara. Menghancurkan harap dapat membangun kisah bersama. Tak lain alasannya, karena kuungkapkan rasa sukaku padanya. Demikian yang ia lakukan, kala kugenggam tangannya sembari menyodorkan bunga.


Bel pulang yang menyakitkan, bersama tamparan yang membuatku bertanya-tanya. Apa salahku hingga gadis lembut itu berlaku kasar padaku? Menyusuri langkah, kumencari sebuah jawaban. 


Lima tahun berlalu sejak kejadian itu. Tak kusangka, usai berpisah tahun-tahun lamanya. Kembali kutatap wajah manis itu, dengan binar matanya ke arahku. Dengan sungguh, ia bulatkan tekadku. Lalu kuucap ikrar akad suci, pun kami menjadi suami istri. Bel pulang itu tak lagi kubenci. Pun tamparan itu tak lagi jadi misteri. Ia hanya menjaga, agar tanganku terhindar dari panasnya neraka. Kini kusadari, kesungguhan cinta bukanlah dengan bunga, melainkan mahar dan ijab 'saya terima nikah dan kawinnya... '


Gudang Ilmu, 01 April 2021



Gubung Ilmu Punya Cerita

Oleh: Diantiwikke


Aku langkahkan kaki tanpa keraguan, melenggang diantara siswa-siswa yang lain. Tidak ada ketakutan bersemayan, meski aku adalah siswa baru di SMP ini. Hari pertamaku terasa begitu menyenangkan berjumpa suasana dan teman baru. 


Tidak pernah terbayangkan. Hari kedua, aku akan mendapat perlakuan tidak menyenangkan. Ketika aku menginjakkan kaki di koridor sekolahan, tiba-tiba ada seorang laki-laki menjegalku hingga terjatuh. Tidak hanya itu, dia mengolok-ngolok diriku "Hey teman-teman lihat ini, masa gitu saja tumbang". Hatiku meletup-letup, seakan gunung berapi siap meletus. Tetapi aku memilih menyimpan amarah itu dan meninggalkan laki-laki itu. Terhitung sejak hari itu, aku selalu diganggu olehnya. Hingga tiba saatnya, aku dibuat tak sadarkan diri. Karena bola basket sengaja ia lempar ke arahku. 


Tiga bulan pun telah berlalu. Setelah kejadian terakhir itu, dia tidak lagi menggangguku. Semuanya sudah selesai, duduk perkaranya pun sudah diketahui. Bahwa dia bahagia jika melihatku terluka. Ternyata ia kakak tiriku, anak kedua papi bersama mantan istri yang dulu. 


Tuban, 01 April 2021



Keluarga Kedua

Oleh: Qonitia Lutfiah


Berusaha kuat dengan segala badai yang menghiasi awanku setiap hari. Tapi, di sekolah aku masih memiliki mereka yang selalu membuatku bahagia. Pagi ini, aku di sambut oleh obrolan receh dari mereka. Mereka sangat tahu akan kondisiku yang tidak baik-baik saja. Hingga tiba-tiba suara bel mulai menyeruak ke penjuru sekolah yang menandakan bahwa kegiatan belajar akan segera di mulai. Seorang guru fisika memasuki kelasku. Semua menyambut dengan menjawab salamnya.


Aku terkejut ketika guru itu memerintahkanku untuk maju menjawab pertanyaannya. Perlahan kulangkahkan kakiku ke depan kelas. Tapi, belum sampai di depan kelas, terdengar suara pintu terbuka. 


"Maaf pak, saya terlambat" suara itu menggema di ruang kelasku. Dalam hatiku bersyukur karena cowok paling nakal di kelasku berhasil membuatku kembali duduk. Sebab aku sangat tidak suka dengan pelajaran yang menguras tenaga seperti fisika. Lalu, aku kembali membangun konsentrasi mendengarkan pidato singkat guru dan alasan standar cowok itu. Akhirnya, bel istirahat memecahkan ketegangan di antara keduanya. Kemudian aku lebih memilih bercerita kepada teman kelasku tentang kejadian kemarin. Semua yang mendengarkan menampakkan raut sedihnya. Hingga mereka memelukku untuk memberikan kekuatan atas semua beban yang aku tanggung sendirian. Tuhan, terima kasih telah memberikan keluarga kedua dalam hidupku yang selalu menyayangiku.


Lampung, 01 April 2021

Tidak ada komentar:

Posting Komentar