Ayah
Oleh: Rosmalina
"Ah, akhirnya sampai juga" ucapku sembari membuka pintu. Aku lihat ayah tersenyum ke arahku, rasanya lelah hilang kala ia mendekapku. Seperti biasa, ayah menungguku sembari menonton tv. Namun kali ini tak ada gambar yang terlihat disana, hanya gelap tak berwarna. Kemudian, aku menoleh ke ayahku. "Ayah tidak menonton?" tanyaku lembut. Dia hanya tersenyum, menunjuk ke arah kamar tempatnya tertidur. Aku langsung berlari, berpikir ada kejutan indah untukku. Dan yah, ketika pintu itu terbuka. Air mata mengalir deras di pipiku, bukan ini inginku. Melihat ayah di lantai berbaring kaku.
Karma Bolos Sekolah
Oleh: Leon Dwi Putra
Rabu pagi saat berangkat sekolah aku, kakak dan Asep anak tetangga.
Namaku Leon dwi putra, Kakakku Fitra tirtana.
Jam 6 pagi kami berpamitan, kakak menyuruhku duluan. Sesampainya di sekolah, aku tak melihat kakak dan asep.
Sepulang sekolah jam 11:30 siang saat matahari sedang berada diatas kepala.
Aku dan Fahmi (teman) pulang melewati kebun coklat. Terdengar seperti suara kakak dan asep memanggil namaku. "Yon, yon, yon", dengar telingaku.
Aku tak berani mendatangi karena pada masa itu sedang ramai-ramainya penculikan.
Sesampainya dirumah, ayah bertanya: "Aa mana yon?", jawabku "Di sekolah tadi gak ada yah, asep juga gak ada".
"Pasti bolos lagi, yasudah masuk sana" ucap ayah.
Selang dua hari kakak gak pulang, lalu terdengar teriakan Ustadz Yadi yang kala itu selesai sholat tahajjud, sekitar pukul 01:30, Ustadz menemukan kakak dan asep yang tertidur dibawah pohon bambu dekat pemakaman umum.
Pak yadi pun bertanya pada kakak dan asep, "kalian ngapain tidur di sini", jawab kakak "Tadi saya naik kereta api, semua penumpang dan penjual menunduk, saya tanya tidak ada yang menjawab dengan muka rata tanpa hidung dan mata, lalu saya turun di stasiun manggarai, bertemu seorang nenek dan dibawa masuk kedalam rumah yang begitu besar, entah kenapa ketika ustadz membangunkan saya, saya kok ada di pohon bambu, saya bingung tadz."
"Kamu sudah makan dan minum?" tanya pak yadi. Kakak menjawab, "Sudah tadz, tadi makan mie sama sirup merah di rumah nenek itu.". Lalu pak yadi mengucap Istigfar dan mendo'akan, kata pak yadi "Apa kamu tahu? yang kamu maksud mie itu adalah cacing, dan sirup merah adalah darah", Kakak pun kebingungan. Lalu pak yadi memberi minum pada kakak. Setelah itu, kakak dan asep diantar pulang kerumah.
Pulang
Oleh: Fairuz Azhar Hibatullah
Aku sedang mengerjakan tugas kuliah di kamarku. Tiba-tiba televisi ruang tengah menyala. Aku pergi ke ruang tengah, ternyata mereka sudah pulang, Ayah, Ibu, dan dua adikku.
Aku mengobrol sebentar dengan mereka di ruang tengah tentang perjalanan tadi. Rasanya menyesal aku tidak ikut mereka. Aku pun kembali ke kamarku melanjutkan pekerjaan kuliah.
Setiba di kamar, ada panggilan masuk dari bibiku. Ketika aku angkat, dengan suara tangis dia mengatakan,
“Nak yang sabar, ya. Ayah, Ibu, dan dua adikmu tewas akibat kecelakaan. Sekarang bibi sedang di rumah sakit.”
Suara televisi pun mati seketika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar