Minggu, 13 Desember 2020

[Antologi Puisi] Luka






Hampir Menyerah

Oleh: Ananda Mella


Kegelapan begitu pekat menyelimuti malam ini.

Kesepian begitu erat memeluk hati ini.

Kenangan begitu kejam mencabik-cabik rasa ini.

Kenyataan begitu keras menampar diri ini.


Kau yang telah terang-terangan membenciku, masih saja aku cintai; aku benci.

Kau yang telah jelas-jelas tak lagi menganggapku ada, masih saja aku dambakan; aku muak.

Kau yang telah hilang, masih saja aku tunggu agar pulang; aku lelah.

Kau yang telah membunuhku, masih aja aku doakan keselamatan untukmu; aku bosan.


Aku ingin menatapmu secara langsung.

Aku ingin memelukmu tanpa sekat.

Aku ingin memilikimu secara utuh.

Tapi aku juga ingin sadar bahwa kau tak sama sekali melihat ke arahku.


Maaf, aku terlalu naif untuk terus menguatkan diriku sendiri bahwa semua yang kau lakukan padaku adalah upaya agar aku membencimu.

Maaf, aku terlalu cemburu dengan mereka yang bisa sangat dekat denganmu.

Maaf, aku terlalu mati-matian mencintaimu saat kau mati-matian mematikan rasaku.

Aku tidak kuat lagi, tapi aku mencintaimu, aku harus bagaimana?


Bogor, 10 Desember 2020



Bahagia yang Menghadirkan Luka

Oleh: Syefi Dwiruhil


Di pertengahan malam ini kau mengirimkan cerita

Tentang siapa yang lihai menyandra hatimu

Bahagia rupanya dirimu

Hingga kau coba bercerita kepadaku tentangnya


Aku mencoba membalasnya dengan berkhianat

Dengan senyum yang kucoba pasang dalam bibirku

Semoga kau bahagia bersamanya 

Gumamku dengan munafik


Aku memang salah mengenalmu

Hingga renjana ini muncul dengan sendirinya

Apakah ini yang namanya cinta?

Untuk apa cinta hadir kalau akhirnya akan membawa luka?


Tuhan izinkan aku mencintainya dalam diam

Meski lara semakin menjerat 

Meski tak mampu menghadirkan jumpa yang seutuhnya

Bila memang aku adalah tempatmu berbagi


Sejauh apapun kau pergi pasti akan kembali 

Bila kau memutuskan tak kembali itu tandanya kau memang bukan untukku lagi

Bila itu jalan bahagiamu, aku ikhlas meski terluka

Ketahuilah, luka itu mampu membuat hati ini semakin sempit 


Hingga hanya mampu terisi namamu

Aku tak seegois itu 

Memaksamu untuk kembali lagi 

Jika memang kamu ingin terus bersamanya dan pergi

Namun, izinkan aku mencintaimu dalam diam dan sepi


Makasar, 10 Desember 2020



Dekapan Sandiwara

Oleh: Nabila Ramadina


Rasanya ingin aku tertawa

Ya,menertawakan kebodohan atma

Yang masih saja terbelenggu cinta

Bahkan untuk cinta yang tak berharga


Entah aku yang merasa diabaikan

Atau memang sebernanya cinta ini tidak pernah ada

Entah siapa yang bersalah, pasrah sudah pasti tersedia

Terpuruk,diam,aku kehilangan


Sayang, lihatlah kelangit

Aku iri pada bintang dan bulan yang saling berkait

Aku pun iri pada bumi yang setia mengitari matahari pada orbit

Tanpa ada yang terluka dan merasa sakit


Aku ingin sudahi semua sandiwara

Aku begitu lelah terus berkata tidak apa

Aku lelah selalu berpura-pura

Aku, berhenti, sampai disini saja.


Cirebon, 10 Desember 2020

Tidak ada komentar:

Posting Komentar