Hampir Menyerah
Oleh: Ananda Mella
Kegelapan begitu pekat menyelimuti malam ini.
Kesepian begitu erat memeluk hati ini.
Kenangan begitu kejam mencabik-cabik rasa ini.
Kenyataan begitu keras menampar diri ini.
Kau yang telah terang-terangan membenciku, masih saja aku cintai; aku benci.
Kau yang telah jelas-jelas tak lagi menganggapku ada, masih saja aku dambakan; aku muak.
Kau yang telah hilang, masih saja aku tunggu agar pulang; aku lelah.
Kau yang telah membunuhku, masih aja aku doakan keselamatan untukmu; aku bosan.
Aku ingin menatapmu secara langsung.
Aku ingin memelukmu tanpa sekat.
Aku ingin memilikimu secara utuh.
Tapi aku juga ingin sadar bahwa kau tak sama sekali melihat ke arahku.
Maaf, aku terlalu naif untuk terus menguatkan diriku sendiri bahwa semua yang kau lakukan padaku adalah upaya agar aku membencimu.
Maaf, aku terlalu cemburu dengan mereka yang bisa sangat dekat denganmu.
Maaf, aku terlalu mati-matian mencintaimu saat kau mati-matian mematikan rasaku.
Aku tidak kuat lagi, tapi aku mencintaimu, aku harus bagaimana?
Bogor, 10 Desember 2020
Bahagia yang Menghadirkan Luka
Oleh: Syefi Dwiruhil
Di pertengahan malam ini kau mengirimkan cerita
Tentang siapa yang lihai menyandra hatimu
Bahagia rupanya dirimu
Hingga kau coba bercerita kepadaku tentangnya
Aku mencoba membalasnya dengan berkhianat
Dengan senyum yang kucoba pasang dalam bibirku
Semoga kau bahagia bersamanya
Gumamku dengan munafik
Aku memang salah mengenalmu
Hingga renjana ini muncul dengan sendirinya
Apakah ini yang namanya cinta?
Untuk apa cinta hadir kalau akhirnya akan membawa luka?
Tuhan izinkan aku mencintainya dalam diam
Meski lara semakin menjerat
Meski tak mampu menghadirkan jumpa yang seutuhnya
Bila memang aku adalah tempatmu berbagi
Sejauh apapun kau pergi pasti akan kembali
Bila kau memutuskan tak kembali itu tandanya kau memang bukan untukku lagi
Bila itu jalan bahagiamu, aku ikhlas meski terluka
Ketahuilah, luka itu mampu membuat hati ini semakin sempit
Hingga hanya mampu terisi namamu
Aku tak seegois itu
Memaksamu untuk kembali lagi
Jika memang kamu ingin terus bersamanya dan pergi
Namun, izinkan aku mencintaimu dalam diam dan sepi
Makasar, 10 Desember 2020
Dekapan Sandiwara
Oleh: Nabila Ramadina
Rasanya ingin aku tertawa
Ya,menertawakan kebodohan atma
Yang masih saja terbelenggu cinta
Bahkan untuk cinta yang tak berharga
Entah aku yang merasa diabaikan
Atau memang sebernanya cinta ini tidak pernah ada
Entah siapa yang bersalah, pasrah sudah pasti tersedia
Terpuruk,diam,aku kehilangan
Sayang, lihatlah kelangit
Aku iri pada bintang dan bulan yang saling berkait
Aku pun iri pada bumi yang setia mengitari matahari pada orbit
Tanpa ada yang terluka dan merasa sakit
Aku ingin sudahi semua sandiwara
Aku begitu lelah terus berkata tidak apa
Aku lelah selalu berpura-pura
Aku, berhenti, sampai disini saja.
Cirebon, 10 Desember 2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar