Realita
Pasang mata!
Putih tak selamanya putih
Mereka tak selamanya kawan
Dengar! Dengarkan baik baik
Hidup tenang dan tentram?
Jangan berpikir demikian
Hati-hati! Lihat kanan kirimu
Mereka sedang menunggu lelahmu
Lelahmu tak akan selamanya ada
Kesabaran akan berbuah indah
Jika sudah tiba saatnya
Lihatlah keajaiban dari Allah
Sekali lagi!
Putih tak selamanya bersih.
Merah tak selamanya indah
Begitulah bunyi pepatah.
Rasa t'lah berubah menjadi asa
Kalah tak hanya pulang
Pun menang tak selamanya kenang
Untuk seluruh atma yang hilang
Di balik sifat ramah tak selamanya merendah
Ingatlah!!
Di atas langit masih ada langit
Di bawah tanah masih ada tanah
Oleh:
Imelda Trisna Rahayu
Setrio Hardinata
Sintia Ernanda
Mifta
Alvia Duz Jannah
Murlin Andaka
Putri Pagelaran
Senyum manis kala menyapa
Di belakang memenggal kepala
Topeng kasat terpasang sempurna
Ah, rupanya kau pemeran yang paripurna
Bahasa tubuh adalah tipuan belaka
Kala topeng kuat mewajah
Tak terlihat bak skenario niskala
Diam-diam menjamu sandiwara
Kepiawaianmu melontar kata
Laksana protagonis yang nyata
Ibarat kepulan asap, tak bisa meredam
Puncaknya, kau berhasil menggores paling dalam
Senyum tawa pada dunia
Tanpa tahu rupa sebenarnya
Riasan wajah topeng belaka
Menutup goresan hitam yang terluka
Berjubah malaikat bertanduk iblis
Menjerat sukma bermulut manis
Sang perayu ulung menebar racun
Menikam sayap aroma belati
Kau pemegang pentas drama
Pada panggung yang penuh dusta
Berlaga benar nyatanya tidak
Sungguh hebat, kau juara dalam bermuka dua
Dan lagi-lagi aku jadi kambing hitam
Korban dari ketidakwarasanmu
Aku menyerah
Ternyata sandiwara mu memang paripurna
Bumi, 29 juni 2021
Oleh:
1. Alfiya Yasmin
2. Zakiyatul Arifah
3. Nur syafiqah
3. Ramlan Chasani
Luka
Kau menjelma si putih tanpa dosa
Bertopeng malaikat berhati iblis
Menyayat hati hingga mati
Kau adalah pemeran utama dalam permainan ini
Kau senandungkan lagu-lagu suka
Tapi yang kau beri adalah duka
Bicara soal nurani, seakan kau yang paling mengerti
Padahal kau yang paling membenci
Rupanya kau teramat pandai
Pandai mempermainkan hati
Kau buat aku begitu menyayangi
Dan kau mengakhiri dengan melukaiku lagi
Sungguh kau menyakitiku
Lebih pedih dari sayatan pisau
Merusak segala tatanan hati
Apa yang sebenarnya kau mau?
Bayangkan saja, aku yang merawatmu dengan cinta
Dia yang kau balas dengan sayang
Bagaimana tidak aku sakit hati
Jika dirimu terus berdusta
Sudahlah, akhiri saja hubungan kita
Semua pagi, siang, dan malam kita
Adalah kesia-sian yang entah kenapa bisa hadir
Di hidupku untukmu
29 Juni 2021
Oleh:
Septia Hermawati
Fauzan Cahyoko
Mardhiah Hayati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar