Sabtu, 03 Juli 2021

[Antologi Puisi] Hipokrit

 




Realita 


Pasang mata!

Putih tak selamanya putih

Mereka tak selamanya kawan

Dengar! Dengarkan baik baik


Hidup tenang dan tentram?

Jangan berpikir demikian

Hati-hati! Lihat kanan kirimu

Mereka sedang menunggu lelahmu


Lelahmu tak akan selamanya ada

Kesabaran akan berbuah indah

Jika sudah tiba saatnya

Lihatlah keajaiban dari Allah


Sekali lagi!

Putih tak selamanya bersih.

Merah tak selamanya indah

Begitulah bunyi pepatah.


Rasa t'lah berubah menjadi asa

Kalah tak hanya pulang

Pun menang tak selamanya kenang

Untuk seluruh atma yang hilang


Di balik sifat ramah tak selamanya merendah

Ingatlah!!

Di atas langit masih ada langit

Di bawah tanah masih ada tanah


Oleh:

Imelda Trisna Rahayu

Setrio Hardinata

Sintia Ernanda

Mifta

Alvia Duz Jannah 

Murlin Andaka



Putri Pagelaran


Senyum manis kala menyapa 

Di belakang memenggal kepala 

Topeng kasat terpasang sempurna 

Ah, rupanya kau pemeran yang paripurna


Bahasa tubuh adalah tipuan belaka

Kala topeng kuat mewajah

Tak terlihat bak skenario niskala

Diam-diam menjamu sandiwara


Kepiawaianmu melontar kata 

Laksana protagonis yang nyata 

Ibarat kepulan asap, tak bisa meredam

Puncaknya, kau berhasil menggores paling dalam


Senyum tawa pada dunia

Tanpa tahu rupa sebenarnya

Riasan wajah topeng belaka

Menutup goresan hitam yang terluka


Berjubah malaikat bertanduk iblis

Menjerat sukma bermulut manis

Sang perayu ulung menebar racun

Menikam sayap aroma belati


Kau pemegang pentas drama

Pada panggung yang penuh dusta

Berlaga benar nyatanya tidak

Sungguh hebat, kau juara dalam bermuka dua


Dan lagi-lagi aku jadi kambing hitam

Korban dari ketidakwarasanmu

Aku menyerah

Ternyata sandiwara mu memang paripurna


Bumi, 29 juni 2021


Oleh: 

1. Alfiya Yasmin

2. Zakiyatul Arifah

3. Nur syafiqah

3. Ramlan Chasani



Luka


Kau menjelma si putih tanpa dosa

Bertopeng malaikat berhati iblis

Menyayat hati hingga mati

Kau adalah pemeran utama dalam permainan ini


Kau senandungkan lagu-lagu suka

Tapi yang kau beri adalah duka

Bicara soal nurani, seakan kau yang paling mengerti

Padahal kau yang paling membenci


Rupanya kau teramat pandai

Pandai mempermainkan hati

Kau buat aku begitu menyayangi

Dan kau mengakhiri dengan melukaiku lagi


Sungguh kau menyakitiku

Lebih pedih dari sayatan pisau

Merusak segala tatanan hati

Apa yang sebenarnya kau mau?


Bayangkan saja, aku yang merawatmu dengan cinta

Dia yang kau balas dengan sayang

Bagaimana tidak aku sakit hati

Jika dirimu terus berdusta


Sudahlah, akhiri saja hubungan kita

Semua pagi, siang, dan malam kita

Adalah kesia-sian yang entah kenapa bisa hadir

Di hidupku untukmu


29 Juni 2021


Oleh: 

Septia Hermawati

Fauzan Cahyoko

Mardhiah Hayati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar