Selasa, 13 Juli 2021

[Antologi Puisi] Rinai Hujan




Hujan Malam Tadi

Kelompok: D


Rahasia embun merekah di malam sunyi

Menyusut di pagi hari

Melati putih di taman, pekarangan rumahku 

Lembab didera hujan subuh tadi


Matahari mulai menampakan sinarnya

Jalanan yang basah

Dan aroma petrikor yang menyengat di udara

Seakan memberi tanda; bahwa permulaan hari sudah dimulai


Dingin masih membekas begitu kuat

Burung kenari bersiul di dahan tua

Menerpa dedaunan layu tersiram rinai

Menyisakan dingin yang belum sempat diselimuti surya


Syam muncul di ufuk timur 

Sinarnya menembus hingga sudut-sudut kosong

Berharap menghangati jasad kaku

Namun layu di lahap waktu


Dari langit yang perlahan membiru

Dan langkahku yang membeku

Bidari turun ke bumi

Mengucapkan selamat pagi


Atas hujan malam tadi

Membasahi lumbung-lumbung dan atap rumahku

Menjejal melati kesayanganku

Aku terbangun karena mentari mengetuk pintu kamarku


Rumahku, 6 Juli 2021



Oleh:

Murlin Andaka

Bagus Randa Taufan 

Naily Tazkiyyah

Muhammad Zaenudin



Rinai Rindu tentang Hujan di Kota Kecil

Oleh: Kelompok E


Mega sedu berarak keruh.

Riuh bayu mulai berdesir menderuh.

Rinai hujan dari langit, kembali jatuh.

Berlarut dengan air mata pedih yang sudah tak kenal utuh.


Bersama hujan yang mengguyur kota kecil tempat kutinggal.

Aku merindu sosok istemewa yang buatku bahagia, dulu.

Senyum manis milikmu masih kusimpan rapat dalam hati.

Bisakah kuulang masa terindah itu?


Asa yang kutoreh hanyut dalam gemuruh.

Hantarkan hati yang semakin menjauh dari kata kenal.

Kita sudah berjarak, selamanya akan menjadi debu yang menganak sungai.

Membenam rindu menjadi abu dari bakaran kayu kehidupan.


Atma beradu dengan nestapa.

Menatap memori lama, menyayat jiwa.

Menusuk rindu hingga menyeruak keluar.

Dengan satu tarikan napas yang terdengar gusar.


Waktu, putarlah kembali pada 5 tahun yang lalu.

Di saat semuanya masih terasa utuh.

Dekapanmu, membuatku tenang.

Dan kini, hanya bisa kukenang.


Kenangan yang menjadi saksi bisu dahulu.

Apa aku bisa melupakan samudra yang membawakan gemuruh pada masa laluku? 

Aku terlanjur masuk ke dalam bilik gelap penuh duri.

Yang membawaku dalam kenangan waktu yang saban hari kian menyakiti



Nusantara, 6 Juli 2021



Oleh:

1. Agnesia Salimba 

2. Ryania Kartika

3. Mardhiah Hayati

4. Rizka Munira

5. Ira Rianti

6. Sofia Dharmayanti



Luka di Rinai Hujan

Oleh: Kelompok F


Rintik sendu memutar kenangan lalu

Dalam remang ku rajut sajak kelu

Aku rindu pada rinai hujan

Yang tiap perciknya selalu hadirkan harapan


Nyeri yang kau berikan, kuresapi di antara hujan

Sembilu yang menjalar kusembunyikan dalam kebasahan

Kau berikan luka yang begitu menyayat jiwa


Memang rasanya menyakitkan

Tapi inilah kenyataan

Saat angan hampir tergenggam

Takdir perpisahan datang menerkam


Rintik yang berirama

Menjadi saksi atas sebuah drama

Penantian yang dibalas penghianatan

Biarlah tenggelam dalam kenangan


Gemuruh mengantarkan peluh 

Pada setiap percik yang jatuh membasahiku

Tapi tak mengapa

Perlahan 'kan ku coba terima


Bangkit dan kembali meniti hati

Berjalan menuju tujuan

Di sela-sela gemercik rinai hujan

Ku coba kembali rapalkan harapan



Ruang diskusi, 6 Juli 2021


Oleh: 

1. Denta Helda Anissa

2. Nia Rahmawati

3. Setrio Hardinata

4. Zuraida

Tidak ada komentar:

Posting Komentar