Lebah
Oleh: Ade Rifani
Lambang kasih seorang putri pada raja; jika cinta tak harus dalam ruang rasa yang sama. Berbeda dalam lautan api asmara, tidak mematahkan tekad untuk terus melangitkan doa. "Tuhan tidak pernah tidur," cercanya.
Elegi menghiasi banyak aksi yang mulai mengikis seri dalam pipi. Menghadirkan perih pada ujung sanubari penuh duri. Perihal prasangka tak berarti mulai menghampiri.
Balutan tawa terhirapkan harapan tanpa kepastian. Melenggangkan ingatan dalam ruang kenangan yang tersimpan. Di ujung bilik kedap suara yang meredam banyak tangis penuh tragis.
Asmaraloka terajut benang-benang kasih suci yang terikat oleh janji. Sepasang anak manusia berikrar menjadi pasangan kekasih. Untuk bahagia; kini hingga nanti.
Habisnya masa eliminasikan elegi, berbaur dalam samudera imaji. Terlanjur cinta membuat hati lupa diri. Perihal rasa tak dihargai, pun hasrat ingin memiliki.
Bandung, 17 Juni 2021
Siput
Oleh: Shajar
Segala harap,
Ingin kutuangkan tanpa paksa
Pada setiap bait aksara
Untuk sekadar renungan di masa mendatang
Tanpa lagi harus bertanya-tanya mengapa?
Sigli, 17 Juni 2021
Kelinci
Oleh: Qonitia Lutfiah
Kerap kali pilu itu kembali menghampiri hati yang telah lama menahan untuk tak mengingatnya lagi
Elegi seakan melompat-lompat kesana kemari saban hari tanpa permisi layaknya kelinci
Lambat laun rasa itu memudar hingga dapat menerbitkan setitik harsa yang selalu kucari
Ironi hirap dalam langitan usaha dan doa yang tak pernah putus dipanjatkan tanpa henti
Nanti akan kupastikan bahwa itu cukup menjadi pembelajaran di masa yang sulit untuk kujabarkan
Cinta yang sesungguhnya tak pernah menyakitkan bagi siapapun yang selalu menerima apa adanya
Ingin menerima apapun kekurangannya dan selalu menjaga dalam bait-bait doa
Lampung, 17 Juni 2021
Tidak ada komentar:
Posting Komentar