pexels.com/Emily Ranquist |
Semua orang beranggapan bahwa anak yang cerdas adalah mereka yang memiliki IQ tinggi. Namun kenyataannya, angka IQ yang tinggi bukanlah jaminan bagi kesuksesan mereka di masa depan kelak. Sering ditemukan dalam proses belajar mengajar di sekolah, siswa yang tidak dapat meraih prestasi belajar yang setara dengan kemampuan intelegensinya. Ada siswa yang mempunyai kemampuan intelegensinya tinggi, tetapi memperoleh prestasi belajar yang relatif rendah. Tetapi, ada siswa yang walaupun kemampuan intelegensinya relatif rendah, ia bisa meraih prestasi belajar yang relatif tinggi. Itu sebabnya, taraf intelegensi bukan merupakan satu-satunya faktor yang menentukan keberhasilan seseorang. Ada faktor lain yang tidak kalah pentingnya, yaitu kecerdasan emosional (EQ).
Kecerdasan emosi, yaitu mengenali dan mengelola emosi. Kecerdasan seorang anak akan teruji bila ia telah mampu mengenali perasaan yang ada dalam dirinya ataupun perasaan orang lain. Namun, di lain sisi ia pun harus belajar mengendalikan emosinya sendiri. Kadang pandangan awam memiliki definisi yang berbeda mengenai kata emosi. Dalam kehidupan sehari-hari sering kali kita memaknai kata emosi diasosiasikan sebagai kata pengganti amarah. Karena itu, sering kali kita mendengar seseorang mengatakan, “Wah, jika mendengar masalah ini malah membuat emosiku meradang.” Kadang kata emosi digunakan untuk mengasosiasikan perasaan sedih, yakni “sejak kau pergi, emosiku tak menentu.” Dalam ilmu psikologi, kata emosi ini dimaknai sebagai perasaan. Jadi kata emosi digunakan sebagai kata ganti perasaan sehingga keadaan individu ketika marah, sedih, kecewa, ataupun gembira adalah bagian dari emosi. Kata emosi ini tidak hanya mencakup perasaan marah ataupun sedih saja, namun segala hal yang menyangkut perasaan manusia.
Kecerdasan emosional dapat dikatakan sebagai kemampuan psikologis yang telah dimiliki oleh tiap individu sejak lahir, namun tingkatan kecerdasan emosional tiap individu berbeda, ada yang menonjol dan ada pula yang tingkat kecerdasan emosional mereka rendah. Kecerdasan emosional (EQ) adalah kemampuan untuk menata perasaan dan kemampuan diri serta memotivasi diri dalam belajar dan berkarya agar sukses dan berprestasi. Kemampuan ini membantu kita untuk tidak mudah terpengaruh oleh tekanan luar tetapi dengan kemampuan diri dapat menjadi pribadi menyenangkan dalam kehadirannya karena selalu memberi nilai positif bagi orang lain.
Dari penegertian ini kita dapat mengamati dua ciri orang yang memiliki EQ tinggi adalah penyabar, dalam berbicara selalu bertutur kata sopan, menghargai dan menghormati pendapat orang lain, tidak pernah melontarkan kata-kata kasar yang menyakiti hati teman, ia juga memiliki sikap asertif yang tinggi, empati yang tinggi, rasa optimis yang tinggi dan dapat menjalin hubungan antar pribadi secara harmonis. Sedangkan orang yang ber-EQ rendah ia terlalu cerewet dan sering merendahkan atau mempermalkan teman, kalau berbicara melukai hati teman, sulit menjalin hubungan kerjasama dengan seluruh teman karena ia berteman secara eksklusif, tidak memiliki jiwa kemandirian, tidak memiliki sikap empati, senang mengejek dan menertawakan orang lain dan bahkan senang bila melihat temannya menderita.
Peserta didik yang memiliki tingkat kecerdasan emosional (EQ) yang lebih baik, cenderung dapat menjadi lebih terampil dalam menenangkan dirinya lebih cepat, jarang tertular penyakit, lebih terampil dalam memusatkan perhatian, lebin baik dalam berhubungan dengan orang lain, lebih cakap dalam memahami orang lain, dan untuk kerja akademis di sekolah lebih baik. Sehingga dia akan mampu menyelesaikan seluruh beban akademisnya tanpa setres yang berlebihan. Lebih lanjut, kecerdasan emosional juga menjadikan anak memiliki kemampuan untuk memotivasi diri sendiri serta tetap bersemangat untuk menghadapi berbagai kesulitan yang mungkin dihadapinya.
Melihat pentingnya kecerdasan emosional bagi peserta didik seperti yang sudah dikemukakan di atas, kecerdasan emosional sangat dibutuhkan dalam pendidikan maupun diluar pendidikan. Kecerdasan emosional haruslah dipelajari sejak dini bukan hanya tingginya IQ yang menjadi ukuran suksesnya guru mengajar dikelas, namun juga lebih mementingkan EQ atau dikenal dengan kecerdasan emosional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar