Senin, 26 Oktober 2020

[Puisi] Presensi Puisi



Oleh Kelompok F


Puisi adalah kata yang berbicara

Dari netra yang berkaca-kaca

Paduga dari sebuah presensi

Untuk intuisi yang mehadirkan afeksi



Puisi adalah penyampaian isi hati

Dari lerung tanpa perantara

Setiap katanya bermakna

Tanpa harus di jelaskan



Puisi adalah nada cinta

Tiap kata punya jiwa

Katanya lembut bak sutra

Kau pasti akan candu jika membacanya.



Puisi adalah kita

Menggenggam setiap cerita

Dibahasakan dalam sebuah kata

Lalu abadi di dalamnya.



Puisi adalah hidup kita

Langkah demi langkah kaki adalah diksi 

Puisi dapat menghidupi

Dengan berpuisi kau bisa menabung pundi bahagia



*Nusantara, 20 Oktober 2020*



Yang mengerjakan:

1. Novi Auliana P

2. Alvia Duz Jannah

3. Dini Nurlina

4. Adhistiya Nugraha

5. Baiq Suprianingsih

[Puisi] Vokal dan Konsonan



Oleh Kelompok C


Puisi adalah vokal dan konsonan

Yang tersusun menjadi kata bermakna

Serupa aku, kamu dan cinta


Puisi adalah klausa

Menunggu intonasi akhir yang menjadikannya utuh

Seperti aku menantimu


Aku ingin kamu menjadi bait dalam puisiku

Agar setiap baris merekah indah

memecah sunyi di hatimu


Aku ingin kamu menjadi tajuk dalam setiap puisiku

Yang menjiwai setiap aksara

Merebahkan segala lara


Puisi ialah rasa

Di balik rangkaian katanya

Ada bahasa hati yang mewakilinya


Dan bagiku, puisi ialah kamu.



Nusantara, 20 Oktober 2020


Anggota kelompok:

1. Andre Rifki Aji Saputro

2. Ghisna Rostiana

3. Nabilah Atiqah

4. ⁨Luli Mutia Putri⁩ 

5. Fatcha Nurjanah 

[Fiksi Mini] Sup Buatan Ibu

https://unsplash.com/@nci


Oleh Asfina Salma


"Ibu kenapa sup buatan ibu hari ini kurang asin, menurutku ibu terlalu sedikit menambahkan garam atau jangan-jangan lupa menambahkannya" ucap anak sulung pada ibunya


"Hmm... Kalau menurutku sup buatan ibu hari ini terlalu banyak wortel deh sampai-sampai aku merasa satu mangkuk ini isinya wortel semua" ucap anak bungsunya


"Kalau menurut bapak ini adalah sup ibu paling enak yang pernah bapak makan" ucap sang suami pada istrinya


"Kenapa begitu Pak?" tanya kedua anaknya


"Ya kalian terlalu repot mengurusi sup buatan ibu, kenapa tidak memuja masakannya hari ini? Iya kan Bu?" tanya sang suami


Sang istri yang mendengar penuturan suaminya hanya mampu tersenyum juga tersipu dihadapan keluarga kecilnya.

[Fiksi Mini] The Wedding

https://unsplash.com/@anna_vi_travel


Oleh Yuni Cahyaningsih


Hujan di luar saja tak kunjung reda. Kau menatap ke arah tanganmu yang gemetar. Bukan karena kedinginan, melainkan karena amarah yang kian bergejolak. 


Kau melihat bagaimana rangkulan tangan besar itu mengerat. Menuntun seorang wanita yang tersenyum begitu menyilaukan. Rahangmu mengeras. 


Janji suci menggema. Bersamaan dengannya, kau kehilangan tumpuan. Tubuhmu luruh di lantai. 


"Ibu ... jangan menikah dengannya!" Kau meraung kesal di depan altar.


Apa yang kau harapkan? Kau tau mereka tak akan mendengar. Tak hanya mereka, bahkan juga seluruh semesta. 


Kau berlari ke luar gereja, masih dengan gaunmu yang penuh noda merah pekat. Matamu menatap nanar ke arah sebuah mobil hitam yang bagasinya tertutup rapat. 


"Bagaimana cara mengeluarkan diriku dari sana dan mengungkap semuanya?"

[Puisi] Asmaraloka Semesta

 


Oleh Kelompok D


Kicau merpati sambut mentari

Iringi padi bak tari seudati

Semaikan damai bagi penduduk negeri


Raungan singa menggelegarkan alam di singgasana

Seruan kawanan bangau menyambut hangat sang raja 

Membuat resah hati menggila


Ikan pelangi nan indah

Meliuk dengan gundah

Danau pun semakin resah


Aku ingin menjadi nyamuk yang berdendang dengan daun

Menjadi kucing yang bahagia berdansa dibawah hujan

Serta menjadi lalat yang mampu menanggung getir dalam rimbun


Daun langit pun membayangi kehidupan anindya

Sinar baskara menghiasi asmaraloka satwa

Begitulah iri semesta bercerita


Paru-paru Dunia, 20 Oktober 2020



Anggota:

1. Ayu Purnama Sari

2. Fairuz Azhar Hibatullah

3. Ananda Mella O

4. Kurniadi

5. Mila Naura S

6. Triana Valentina A

[Puisi] Perih Tanpa Rintih



Oleh Kelompok F


Hamparan luas terdengar dengungan

Sontak porak porandakan pikiran

Mengaung keras tak ada tujuan

Rasanya sungguh pedih

Rumahku dihangus tanpa welas asih

Diratakan tanpa tebang pilih

Kemana lagi kami harus sembunyi?

Tempat ku yang indah kini tak lagi asri

Hilang berganti, gersang menyelimuti

Hutan tak lagi rindang

Rimba tak lagi belantara

Belukar tak lagi bersemak

Teringat sekelompok kawan

Yang mati akibat melawan

Yang tersisa tinggal ratapan


Pojok Rimba, 20 Oktober 2020

_________

Himelda

Marzuqotun Najiyah

Diana Rahmawati

Fauziyah Handayani

Fitri ulfia

Laila Qurrota A'yunina

[Puisi] Tentangmu

 



Oleh Kelompok A


Puisi bagiku adalah mengukir penaku untuk bercerita panjang lebar tentangmu

Menabur ribuan diksi dalam aksara yang seolah mengibaratkan sosokmu

Agar tak satu pun orang tahu bahwa aku tengah menceritakanmu


Baitan-baitan kalimat tersusun rapih dan indah

Batin pun seolah ikut terenyuh

Tangan yang menari diatas kertas tak pernah jenuh


Afeksi yang kian membesar hingga membuatku hilang akal

Aku ingin dirimu abadi bak puisi ini, begitu bibir terus merapal

Semoga disini kamu bersungguh untuk tinggal


Ruang Kolaborasi, 20 Oktober 2020


Kelompok A: 

1. Arni Hanan K 

2. Della Navira P

3. Fera Dwi Haryati

4. Nur Hidayah

5. Dhea Maharani

6. Nur Syafiqah

[Puisi] Jeritan Makhluk Bersayap

 

https://unsplash.com/@zmachacek

Oleh Kelompok B


Derik dalam rimba mengalun merdu

Memberisik masuk dalam rungu

Meninggalkan pesan untuk bernyanyi sendu


Air dan kayu menoleh pada waktu

Seekor makhluk bersayap, tunduk di kaki langit namun tak bisu

Suaranya nyaring, membelah gaung, memecah bising


Terbang, menari dan mengitari

Barisan cakrawala ibu pertiwi

Hanya untuk bertahan hidup dan lepas dari kata mati


Kekejaman insan, dicari-carinya tubuh ini

Kebodohan beberapa insan menghancurkan banyak harapan tragis

Keseimbangan alam menjeritkan tangis


Mengepak jejak di alam bebas

Panas dan dingin mereka hempas

Tak asing lagi dengan gema peluru sang pemburu


Tatapan tajam yang tak ingin bertarung kejam

"Kami makhluk hidup, kami ingin hidup!"

Semoga sajak ini menerangi jalan manusia berakal redup


Seolah tanda peristirahatan

Langkah kepak mulai terhenti 

Atas jejak siang tadi


__________________

Anggota yang mengerjakan:

• Mufarhan

• Fitriani

• Tiara

• Az Zahra Firdaus Syachputri

• Herdianti Wikke Yulian

• Syefi Dwiruhil M


Ruang Maya, 20 Oktober 2020

Kumpulan Diksi Awalan Huruf D-G

 


I

1. Daksa: Badan, tubuh

2. Dekap: Peluk

3. Derai: Butir-butir, suara rintikan air

4. Eka: Satu

5. Elegi: Syair ratapan dan dukacita

6. Faktitus: Imitasi

7. Gata: Telah pergi

8. Galaksi: Gugusan bintang

9. Gelabah: Sedih, gelisah

10. Gundah: Bimbang, sedih, gelisah.


II

1. Dakar : keras kepala

2. Dedau : berteriak

3. Dekorasi : hiasan

4.Eksploitir : memanfaatkan

5. Emisi : pengiriman

6. Filosof : ahli pikir

7. Fusta : perahu

8. Gandal : rintangan

9. Ganyah : menggosok

10. Gecar : gemetar



III

1.Daksa = badan; tubuh

2.Galaksi = gugusan bintang

3.galau = berat otak, bingung, kacau, karut.

4.DAHAYU = Cantik, molek, elok

5.Dama = Cinta kasih

6.DAYITA = Kekasih

7.GATA = Telah pergi

8.Diksi = Pilihan kata yang tepat & selaras

9.Gundah = Sedih, Bimbang, Gelisah

10.Gelabah = Kemenangan


IV

1. Derai => tiruan bunyi titik-titik air hujan yg jatuh di kaca

2. Dekap => peluk; lekap

3. Derap => tiruan bunyi kaki orang berjalan cepat

4. Daksa => badan; tubuh

5. Elok => baik; bagus; cantik

6. Erti => arti

7. Fraksi => bagian kecil; pecahn

8. Fraktus => Met awan yg berbentuk tidak teratur, yaitu dl bentuk pecahan awan yg di sana-sini tampak jelas

9. Gontai => lambat

10. Gelabah => kemenangan


V

1. Dalih: alasan yang di buat-buat untuk mendukung kebenaran perbuatannya. 

2. Dasa: sepuluh

3. Dayang: gadis atau pelayan di istana 

4. Dayuh: sedih

5. Egois: orang yang selalu mementingkan diri sendiri

6. Elegi: nyanyian yang mencerminkan suka duka/kesedihan

7. Elegan: anggun, wibawa, dan manis

8. Fase: tingkatan (masa/perkembangan) 

9. Garit: gores

10. Gegap: ramai sekali, riuh rendah


VI

1. Dewana = tergila-gila

2. Galaksi = gugusan bintang

3. Gundah = sedih; bimbang; gelisah

4. Galau = berat otak, binggung,  kacau

5. Gata = telah pergi

6. Dahayu = Cantik,  molek, elok

7. Dayita = kekasih

8. Dama = cinta kasih

9. Daksa = badan; tubuh

10. Fana = (hilang, mati); tidak kekal


VII

1. Derai : butir-butir

2. Dekret : keputusan

3. Epigram : syair yang pendek mengandung sindiran

4. Eksplisit : terus terang

5. Feodal : mengunakan pola pikir atau cara dari penguasa terdahulu

6. Fabel : manusia di perankan oleh binatang

7. Digresi : bagian yang tak terikat dari tema sastra

8. Esensi : Hal yang pokok

9. Fokalisasi : sudut pandang penceritaan

10. Gemirang : suka ria

11. Goding : pesan antar odading



VIII

1.Durjana=jahat

2.Durhaka=ingkar terhadap orang tua/Tuhan

3.Dambaan=keinginan yang kuat

4.Esa=tunggal

5.Empat mata=berdua saja

6.Fasik=buruk kelakuan

7.Fana=hilang/ mati

8.Fanatisme- kepercayaan yang terlalu kuat

9.Galang=barang yang dipasang melintang

10.Gagas=memikirkan sesuatu


IX

10 Diksi Berawalan Huruf D Sampai G

1. Daksa: Tubuh atau badan

2. Dasa: Sepuluh

3. Desersi: Bale-bale, tempat tidur

4. Dikara: Indah, mulia

5. Dura: Khawatir, susah

6. Durkarsa: Bengis, ganas

7. Galaba: Pilu, sedih

8. Gandewa: Busur panah

9. Gemintang: Susunan bintang

10. Gerun: Malu, takut



X

1. Daksa: badan/tubuh

2. Dewanan: tergila-gila

3. Dahayu: cantik, elok

4. Dekap = peuk, memeluk

5. Euforia: perasaan nyaman atau perasaan gembira yang berlebihan

6.  Fana: dapat rusak (hilang, mati); tidak kekal

7.  Fase: tingkatan masa

8. Frekuensi: kekerapan

9. Firsasat: keadaan yang dirasakan

10. Gemintang : susunan bintang/peta bintang/rasi bintang


XI

1. Dura = khawatir, susah

2. Daksa = badan/tubuh

3. Dalih = alasan

4. Dewana = tergila-gila

5. Delusi = khayal

6. Dikara = indah, mulia

7. Dusta = bohong

8.  Gelabah = sedih/gelisah

9. Gamang = merasa takut/khawatir

10. Geta = singgahsana/tahta



XII

Derana: tahan dan tabah menderita sesuatu (tak lekas patah hati, putus asa, dsb)

Daksa: badan atau tubuh

Dersik: desir angin

Edukasi: mendidik

Fajar: cahaya kemerah-merahan di sebelah Timur

Fakir: orang yang sangat berkekurangan

Gagah: kuat

Gigih: teguh pendirian

Gerah: Panas



[Fiksi Mini] Skenario Kebahagiaan

https://unsplash.com/@ericjamesward


Oleh Fairuz Azhar Hibatullah


Di satu rumah sederhana, ada seorang suami yang sedang sibuk membentak istrinya.

“Kamu bisa jadi istri ngga sih?! Masa ngga ada makanan sama sekali, Hah?!” bentak suami kepada istri yang hanya diam dan menunduk itu.


Dalam waktu sekitar lima menit, sudah berkali-kali suami membentak istri dengan cara dan kalimat yang sama.


Di atas kursi ada seorang putri yang masih berumur 7 tahun sedang serius memperhatikan pertengkaran kedua orangtuanya.


Tiba-tiba dia berteriak.

“Ibuuu!! Waktu bagian ayah membentak ibu, ibu jangan senyum!!” teriaknya sambil menahan tawa


“Waktu ayah marah wajahnya lucu.” jawab istri sambil tertawa.


Mereka pun tertawa bersama, dan kembali lagi melanjutkan skenario sang putri yang ingin menjadi sutradara itu.

[Fiksi Mini] Pilu


https://unsplash.com/@kylebroad



Oleh Rina Mutiara

Kini bunga-bunga itu berhamburan di sana. Aku menatapnya dari kejauhan, sembari melangkahkan kaki meninggalkannya. Apakah dia tidak akan kesepian sendirian disana? Tanyaku dalam hati. Kainnya hampir tak kulepas dari pelukanku, pun bayangannya yang masih terjerembab dalam pikirku. Kaki ini bahkan tak sanggup untuk dilangkahkan, rasanya sandal yang ku pakai semakin berat untuk diangkat. Atau mungkin karena magnet bumi yang semakin menguat? Ah entahlah, rasaku kini tak karuan.

Beliau itu adalah sahabat sejatiku, seorang sahabat dari masa kecilku. Makhluk beruban yang menyayangiku lebih dari apapun. Memberikanku susu, minuman yang tak pernah bosan untuk ku teguk. Setelah kehilangannya, hidupku kini tak jelas arah. Sang pemberi nafkah sudah meninggalkanku sejak dulu, Salahku apa?. Kini aku berjalan mencari jalan hidup yang akan kutuju, akankah aku punya keluarga baru?





[Fiksi Mini] Keluarga bukan Rumah

 

https://unsplash.com/@royaannmiller

Oleh Rosmalina


Rumah bukan lagi tempatku pulang, piring bertebaran di lantai. Tak ada lagi sapaan hangat untukku, suara nyaring memekakkan. Semua sunyi, gelap. Aku bahkan tak tau lagi mana meja tempatku makan, hanya puing-puing kaca berhamburan. Tak ada lagi senyuman, semua hilang dalam keheningan malam. Suara langkah kakipun perlahan lenyap dalam sekali tikaman. "Ayah, ibu maaf aku lelah dengan pertengkaran," ucapku sembari menatap mereka yang tertidur pulas di lantai ruang makan.

Sabtu, 17 Oktober 2020

[Puisi] Oktober

 



Kau bukan bulan barisan depan 

Namun memiliki kenangan 

Tak banyak namun berkesan


Tak banyak memiliki kelebihan 

Hanya segelintir kisah yang terkenang 

Yang syarat akan perjuangan 


Kau tak lekang dari ingatan

Bulan bahasa diperingatkan

Dengan sumpah pemuda dari pejuang


Dunia bisa berkata dengan bahasa 

Beragam namun bisa saling paham 

Berbeda namun tak terpecah belah


-Bulan Terkenang, 2020


Kelompok F

1. Septi

2. Tiara Agil S.

3. Choirus Sholicha

[Puisi] Oktober Terbaik

 



Harapan baru sudah dilambung tinggikan sejak kedatanganmu

Duka yang terlewat semoga berganti suka yang indah

Menyajikan senyum merekah hingga kepulangan 


Bau hujan tak lagi sama

Bahkan angin kencang yang berhembus lirih membisikkan sebuah rasa lara yang berganti ceria

Dari luka lama yang perlahan memulih


Pucuk yang malu malu tumbuh

Sekarang mulai menghiasi sebatang pohon yang hampir mati

Hamparan rumput hijau bermunculan

Menghidupkan ladang hati yang gersang


Sedu sedan di gelap malam

Terganti fajar yang temaram

Makin terang, makin tentram

Menapaki langkah baru yang semula pilu


Ruang kosong itu kini tak lagi ada

Semenjak Oktober membuka mata

Memberinya isyarat bahwa ini sudah waktunya


Waktu kian mendekati

Kau yang menetap

Menjadikan Oktober terbaik yang pernah kumiliki


Indonesia, 13 Oktober 2020

Oleh: 

1. Lilik Mar'atus Sholeha

2. Rosidah

3. Lulu Dewi Saputri

4. Anisah Arrisahdini

5. Chicilia Rosa Linda Keban

6. Lutfiah Hesti

[Puisi] Luka Oktober




Oktober menyeretku dalam ingatan kelam

Duri-duri memori lalu menghujam dalam

Hatiku meredam


Terbayang kala raganya menjauh

Tanpa sedikit pun menoleh

Aku rapuh, hatiku riuh


Aku bunga yang layu kala senja

Bersama luka yang kubiarkan berkelana 

Mungkin memang Tuhan tak mentakdirkan kita bersama


Ranting-ranting yang mulai gugur

Kusematkan diksi indah sebagai pelipur

Biarkan ia jatuh dengan bahagia, tanpa lagi merasa kecewa


Biarkan saja kali ini luka tertawa

Menginjak-injak rasa yang tak lagi berupa

Hingga tiba saatnya, tak ada luka yang mampu bersua


Yang mengerjakan kelompok G


1. Rohaya Fadilla

2. Raisya

3. Riska Awaliya

4. Haflah

[Puisi] Fantasi Senja Hari

 


Oleh Fera Dwi Haryati


Meneguk perlahan secangkir kopi

Sambil menatap bagaskara yang akan pergi

Begitu indah afsunnya kali ini

Sebab saat ini kamu ada di sini


Namun itu hanyalah bagian dari khayalku

Nyatanya kini kamu bukan lagi milikku

Seiring dengan kepergian bagaskara hari itu

Kamu pergi dan membiarkan aku di dekap sendu


Sungguh aku bahagia

Meski hanya mampu menghayalkanmu di bawah langit jingga

Biarlah setiap luka menjadi nikmat paling lara

Sampai suatu hari nanti mengering dengan sendirinya


Kalimantan Timur, 15 Oktober 2020

[Puisi] Kita Berpayung Rindu

 


Oleh Nursid


Rinai menjelma titik-titik rindu

Berpangku angin menderu

Berselimut dingin 

Terpaku


Gelombang sunyi terdampar semu

Sontak teringat senyummu

Memecah sanubari

Renungku


Manjamu

Berderet tangisku

Bunyi rinai menyedihkanku

Kau pergi jauh tinggalkanku


Kita

Sebilah kisah

Menyadarkan semua mimpiku

Masa lalu menohok dadaku




Banten, 15 Oktober 2020

[Puisi] Kacau

 


Oleh Fauzan Cahyoko


semalam obrolan kita semakin hangat

topik kita saling memikat

lalu kau nyletuk memanggilku, "Mas."


saat itu, 

aku rasa napasku telah berhenti

tiada lagi yang namanya detak jantung

kagetnya bukan main!

lalu, matamu dan mataku saling bertabrakan

pipimu semakin memerah

akupun memalingkan wajah


maaf, semalam aku terlena

Mengkhayal tentang semua perasaanmu padaku


Yogyakarta, 15 Oktober 2020

[Puisi] Daun Keikhlasan

 

kita adalah daun yang akan mengalami kering

dalam kehidupan, kita hidup

dalam rupa-rupa skenario Tuhan, alurnya termaktub


tiada lagi sebuah alasan untuk menyimpan syak wasangka dalam kehidupan

ujian, rezeki bahkan kadar kebahagiaan

sudah ditetapkan sesuai takaran


kita diizinkan memohonkan

namun tak diperbolehkan memaksakan

karna pada dasarnya tugas kita hanya lah sekadar menjalankan


kita mengalir dalam alur yang berputar

daun akan jatuh untuk tenang, dengan ranting yang melepaskan

seluk beluk kehidupan berjalan damai dalam mengikhlaskan


Ruang Maya, 13 Oktober 2020


Oleh:

~ Rifani

~ Nurul Putri Azkiah

~ Herdianti Wikke Yulian

~ Az Zahra Firdaus Syachputri

~ Sarika Sarah

[Puisi] Setetes Keikhlasan

Kau adalah gigilku

Dalam malam yang terpekur

Di bawah terangnya bulan

Ditemani kehilangan sadis

Daun jatuh menari manis

Pun ikhlas embun yang mengikis

Bagaimanapun tetaplah terjadi

Denganmu, sebuah kesalahan lebih baik jika diam

Tanpa harapan ataupun belas kasihan

Sengaja, kenangan kau biarkan tergilas waktu

Harapan pupus terbawa sendu

Penyesalan telah berlalu

Ya, harapan kerap menyapa di saat sekarat

Aku tak tangguh dalam menahan rindu

Hanya, aku kuat mengikhlaskan harap yang tak kunjung temu


Nusantara, 13 Oktober 2020 M/26 safar 1442 H



Oleh:

1. Ayu Purnama Sari

2. Alfad Nur Huda

3. Fairuz Azhar Hibatullah

4. Diana Rahmawati

5. Al-Faruq

6. Tiara Damayanti

[Puisi] Kenangan


Gejolak mengikis keadaan

Sayup menerpa kekosongan

Redup hati tak tertahan


Melihat jemari menggenggam

Sosok lain yang masih temaram

Di beranda malam


Perih tetap kunikmati

belati menancap di hati

Tak terperi


Mencintaimu ialah perihal ikhlas

Meski hati selalu na'as

Kerap tak berujung balas


Aku baik-baik saja

Kala senyummu melengkung untuknya

Hingga laraku sirna


Tak apa takdirmu menentangku

Pergi saja angin lalu

Siapku melupakanmu


Meski aku tenggelam dalam ingatan

Meski lara di sekujur badan

Kupastikan rasa ini mati perlahan


Keping rindu terukir perih

Meratap jiwa kian lirih

Euphoria hati berujung pedih


Purnama melalapmu perlahan

Untuk hati yang kini kulepaskan

Kusebut itu kenangan


Pertiwi, 13 Oktober 2020


Oleh: 

1. Marzuqotun Najiyah

2. Fauziyah Handayani

3. Triana Valentina A

4. Mila Naura

[Puisi] Pak Sapardi, Abadikan Aku dalam Puisi



Oleh Khotimah Khazanah Fauziah


Bulan Juni

Anak kecil membisu

Melihat malaikat hatinya terbujur kaku

Itu adalah aku.


Aku adalah yang paling tabah,

Dibanding Bulan Juni yang kau puji.

Juni menjadi yang dibenci karena telah mengambil yang aku kasihi.

Meninggalkan tanpa jejak.


Aku yang paling tabah dibandingkan Bulan Juni yang kau puji.

Abadikan aku dalam puisi, Pak Sapardi.


Garut, 15 Oktober 2020

[Puisi] Elegi Cinta

 

Oleh Dessy Kurniawati


Dinginnya malam berbalut sepi

Sendiri, ku tenggelam dalam emosi


Tidak pernah ada yang tahu

Kapan ia memulai perjalanan asmaraloka

Dan berhenti dari kefanaan


Tidak pernah ada yang tahu

Hirap cinta bisa menghujam lara

Mengoyak kalbu dan logika


Kimak, 15 Oktober 2020

[Puisi] Tak Lagi Sama

 


Oleh Herdianti Wikke Yulian


Derap langkah kaki kita

Kini tak lagi terdengar bunyinya

Riuh yang pernah diperdengarkan pada semesta

Kini hanya tersisa jejak-jejak nostalgia


Renyahnya canda dan tawa

Telah terganti oleh linangan air mata

Seakan roda kebahagiaan telah tiada

Meninggalkan kisah kita dalam lara


Tak pernah aku sangka sebelumnya

Matrik akan menjupai kata kita

Menghancurkan segala upaya yang pernah tercipta

Agar kita tetap bersama-sama


Apa memang ini akhirnya?

Perjalanan cerita cinta yang sudah kita bangun empat tahun lamanya

Jika memang jawabannya iya

Maka aku siap untuk melupa




Ruang Hampa, 15 Oktober 2020

Kumpulan Diksi dari A-C


Bagian I

1. Andam karam : Lenyap

2. Ambivalen : Cinta

3. Astu : Puji

4. Agiator : Penghasut

5. Adar : Bermalam di rumah orang

6. Anindya : Cantik jelita

7. Bernas : Penuh

8. Bianglala : Pelangi

9. Bahang : Hawa panas yang terjadi karena nyala api atau dari panas tubuh

10. Cangkat : Gundukan tanah


Bagian II

1. Arumi : harum/wangi

2. Anindhita : sempurna

3. Anila : angin

4. Anala : api

5. Asmaraloka : dunia cinta kasih

6. Basirah : hati/penglihatan hati

7. Baskara : matahari

8. Benawat : sombong

9. Calak : bagus/elok

10. Ceritera : kisah


Bagian III  

Agul : Sombong

Asa : Harapan

Agresif : Berlebihan

Angot : Kambuh

Bias : Simpangan

Baur : Campur

Brutal : Kejam

Cawak : Lekuk

Cua : Kecewa

Cialat : Celaka


Bagian IV

Asrar: rahasia

Alap: bagus

Ancala: gunung

Buana: dunia

Binar: sinar

Bumantara: angkasa

Bentala: bumi

Candala: rendah diri

Cakrawala: lengkung langit

Candrasa: pedang



Bagian V

Abimanyu : yang tak takut

Adi : pertama, utama, paling benar

Agni : Api

Asa : harapan

Asmaraloka : dunia/alam cinta kasih

Aksa : jauh

Anindya : cantik, jelita

Bintara : semangat/ gairah

Bumantara : Angkasa

Bestari : pendidikan


Bagian VI 

1. Agiator berarti Penghasut.

2. Aksa berarti jauh.

3. Asmaraloka berarti Dunia cinta kasih.

4. Atma berarti Jiwa;nyawa.

5. Baskara berarti Matahari.

6. Bentala berarti Bumi.

7. Bias berarti Simpangan.

8. Binar berarti Sinar.

9. Cakrawala berarti Lekung langit.

10. Cendikia berarti Tajam pikiran; lekas mengerti.


Bagian VII

1. Ambyar : bercerai-cerai, berpisah-pisah, tidak konsentrasi lagi.

2. Ancala : gunung

3. Aksa : jauh

4. Atma : jiwa, nyawa

5. Buana : dunia

6. Baskara : matahari

7. Berongsang : marah-marah, meradang

8. Cabut : robek panjang, koyak, robek

9. Citra : rupa, gambar, gambaran

10. Candala : rendah, hina, nista


Bagian VIII

1. Akara : Bayang 

2. Alap : Bagus

3. Anila : Angin

4. Benawat : Sombong

5. Bianglala : Pelangi

6. Baswara : Berkilau, bercahaya

7. Bumantara : Langit

8. Citta : Maksud hati

9. Cumbana : Mencium

10. Chandra : Bulan


Bagian IX 

1. Ambyar : bercerai-cerai, berpisah-pisah, tidak konsentrasi lagi.

2. Ancala : gunung

3. Aksa : jauh

4. Atma : jiwa, nyawa

5. Buana : dunia

6. Baskara : matahari

7. Berongsang : marah-marah, meradang

8. Cabut : robek panjang, koyak, robek

9. Citra : rupa, gambar, gambaran

10. Candala : rendah, hina, nista


Bagian X

1. Akara : Bayang 

2. Alap : Bagus

3. Anila : Angin

4. Benawat : Sombong

5. Bianglala : Pelangi

6. Baswara : Berkilau, bercahaya

7. Bumantara : Langit

8. Citta : Maksud hati

9. Cumbana : Mencium

10. Chandra : Bulan



Minggu, 11 Oktober 2020

[Puisi] Katanya Demokrasi


  Oleh Nur Syafiqah binti Nahlil

Berteriak tak didengarkan
Berdiam diri tak berkembang
Maju disalahkan 
Mundur tak sepaham

Katanya demokrasi
Tapi, bersuara malah dianggap berisik
Katanya bebas berpendapat
Tapi, menyampaikan justru alamat

Kritis bukan ambisi
Diam tak punya teguh diri
Apapun hasil terjadi
Menjadi pengingat diri

Batam, 10 Oktober 2020