Senin, 29 Maret 2021

[Antologi Puisi] Hujan

https://www.pexels.com/photo/silhouette-and-grayscale-photography-of-man-standing-under-the-rain-1530423/


Hujan Kenangan

Oleh Leon Dwi Putra


Hujan yang sedang kau payungi ini, dulunya adalah kisah kita

Kisah pada beberapa tahun lalu

Penuh memori yang tak pernah lepas dari kepala


Jika saja hujan mampu bicara

Ia pasti mengingatkanmu

Betapa kita pernah berjalan bersama, di bawahnya tanpa berteduh


Sepulang dari kota tua

Bagi kita hujan itu anugerah

Banyak kenang yang kita cipta 


Katamu, siapapun yang menyukai hujan

Ia takkan pernah berteduh

Hujan mampu menyamari air matamu


Maka kali ini

Di saksikan jutaan tetes air yang turun

Izinkan aku sedikit mengingatmu


Meski mungkin bersamanya kita 

Kini adalah hal yang mustahil

Salam rindu untukmu, melalui hujan 

yang kini sedang kusentuh 


Bogor, 25 Maret 2021



Mutiara Bening

Oleh Ana Syahrir


Awan menggulung hitam

Menabur benih mutiara bening

Jatuh menjuntai ketanah

Basah mengalir kesemua celah


Cekaman petir menyambar

Mengagetkan penduduk bumi

Semua bersembunyi dibalik selimut

Menyelam di alam mimpi


Mutiara bening memberi keindahan

Setelah tertabur tumbuhlah kehijauan

Sungguh sambaran petir

Berubah menjadi kebahagiaan


Masscamp, 25 Maret 2021



Bersama Hujan

Oleh Lia Nisrina 


Hujan rintik berjatuhan

Saling kejar menggapai pijakan

Di tengah bisiknya suara hujan

Aku malah merasa kesepian


Semakin semaraknya nyanyian hujan

Semakinku larut dalam isakan

Hujan yang telah menjadi saksi, ketika kita dipertemukan

Sungguh hari indah yang tak mudah dan takkan kulupakan


Namun, hujan pula yang ikut berduka cita, melihat kita tidak dipersatukan

Air mataku mengalir bersama rintikan

Membasahi tubuhmu yang tak lagi bisa memberiku senyuman


Aceh, 25 Maret 2021

[Antologi Puisi] Kehidupan




Tetesan Kehidupan 

Kelompok F 


Pernahkah kamu berpikir betapa baiknya semesta?

Memanjakan penghuninya dengan menyediakan segala kebutuhan

Termasuk tetesan bening yang mungkin tak ada harganya untukmu

Tetesan yang menyebabkan kita dapat hidup


Dunia memujamu 

Hadirmu membawa kebahagiaan 

Ketiadaanmu adalah kesengsaraan

Bersamamu aku mengerti arti kehidupan


Setiap tetesnya tak pernah hadir sia-sia

Penghilang dahaga, nyawa kehidupan

Mengalir sejuk hingga ke relung jiwa

Sungguh, tanpamu adalah kematian


Mengalirkan sedari dulu dari hilir ke hulu tanpa henti

Memberi ketenangan beri kesejukan hati

Penyebab makhluk dapat hidup lama di bumi

Tanpanya tiada sudah kehidupan pada buana ini


Mari kita merayakan harinya

Dengan menjaga semesta, menjaga kehidupan dunia

Menghargai setiap tetes pemberian-Nya

Hidup damai, menjaga kebeningan air dari para pencemar pendosa


Bumi Pertiwi, 23 Maret 2021



Mutiara Kehidupan

Kelompok D


Ia mengalir 

Membasahi yang dilewati

Permata bagi musafir di Padang pasir

Penawar diri hingga mati


Hilangkan dahaga bagi semua yang bernyawa

Mengalir pada hamparan ancala

Menerjang berbagai macam bebatuan

Hingga menjelma menjadi lautan


Butiran bening, lembut dan menyejukkan

Melepas jerit, dahaga dan kehausan

Mampu menerjang bumi dan menghancurkan

Dan juga menenangkan diri disetiap keadaan


Pun menjadi sumber kehidupan

Membantu tumbuh tanaman

Turut menyegarkan pemandangan

Dengan membawa kesejukan    


Tiap tetesan terdapat keberkahan

Bukti nyata Rahmat Tuhan

Semoga kita tidak keberatan

Untuk selalu menjaga kelestarian


Titik temu, 23 Maret 2021



Ayar 

Kelompok A: 


Gemercik dikaki ancala tinggi

Riuhan angin goyangkan beningnya

Zat paling urgensi

Tanpanya kering buana


Saat raga lelah

Dahaga mulai menyapa

Air itu menjelma jadi tenaga

Yang mengalir membasahi raga


Rapuhkan batu, 

Ciptakan kesegaran

Terjang karang

Ciptakan keindahan


Terimakasih atas hadirmu

Menjadi pelengkap kehidupan

Yang mengubah kegersangan

Menjadi surga yang mengalir


Ruang maya, 23 Maret 2021

Minggu, 14 Maret 2021

[Prosais] Aku




Terbayang diriku

Oleh Herly


Aku terpana melihat senyum yang tampak apik. Menyusuri sebagian lesung yang tak berhenti. Menatap matamu yang sungguh menyenangkan, rasa hangat dan nyaman semakin dalam. 

Diriku peneguh hati yang ingin selalu dihati. Bukan disakiti tanpa dicintai. Ya kau benar-benar membuatku gelisah. Resah memanah jiwa untuk harus maju.

Hei apa kabar. Pemimpi masa depan? Kau begitu indah dipandang tak menyulutkan diriku untuk menyerah. Pasrah pada nasib yang mengambang. Tanpa kejelasan.

Kau tahu bahwa kau manis, tak sabar kumiliki. Bukan hanya sekedar khayalan yang kosong yang habis dimakan masa.

Kumohon jangan hanya terbayang. Karena Raga dan hati yang harus saya penuhi. Bukan jiwa kosong yang mengharapkan hasil kosong. Untukku Aku harus mampu.


Kamar Simpang, 11 Maret 2021



Bilik Atmaku

Oleh Qonitia Lutfiah


Teruntuk tubuh ringkih yang berusaha memberi harsa pada dirinya. Mencoba meyakinkan atma bahwa semua akan indah pada bagian akhir cerita. Meski terkadang ombak menghantam bilik kecil dalam dada. Tak akan kubiarkan menghancurkan bagian dalamnya.

Aku akan melindungi setiap harap yang kutumpahkan pada lautan manusia. Agar tak terluka atas segala tanggapan yang di berikan semesta. Dengan perjalanan yang kukira itu mudah. Namun, tidak untuk aku yang masih merasa galabah.

Hingga aku berada di titik penuh keyakinan dan kepercayaan, bahwa harsa dapat mendekapku dengan mesra. Terima kasih untuk jiwaku yang rela berjuang tanpa kata lelah. Jika merasa sedikit letih, istirahatlah. Aku mecintai diriku apapun kondisinya, selalu, dan tanpa jeda.


Sudut Atap, 11 Maret 2021



Titik Terendah

Oleh Rosmalina


Aku sedang sibuk merajut asa kala sosoknya hadir hancurkan dengan semena-mena, saatku coba bangkit lagi. Dia kembali hadir porak-poranda atma pun raga.

Tangis adalah salah satu solusi untukku tetap terjaga, ingatkan bahwa aku begitu berharga. Rasanya ingin bercerita namun tau semuanya tetap sama.

Kini aku berada dalam jurang paling dalam, berharap sesuatu hadir beri pertolongan. Setidaknya ulurkan tangan, jangan mencaci bahkan merendahkan.

Aku telah kalah detik ini, tangis tak pernah lepas dari diri. Tawaku kini semu, aku hanya perlu peluk hangatmu sebab aku tengah ragu Tuhan berpihak padaku.


Aceh, 11 Maret 2021

[Antologi Puisi] Maret






Pelangi Baru

Kelompok E: Ade Rifani


Semburat warna terlukis indah pada cakrawala

Pengganti dari banyaknya retisalya

Obat dari segala duka lara

Berarak menjelma harsa penuh cita



Lukisan warna nampak jelas berbekas

Meninggalkan jejak kisah yang terulas

Sebuah cerita bagai drama dalam pentas

Menggambarkan siluet di luar batas



Kugantungkan harap yang mulai hirap

Di antara nyata tersingkap penuh dekap

Antara singgah atau melangkah

Pun bersikeras atau mengalah



Kugores banyak tawa agar menggema

Hapuskan segala tangis yang menjelma

Agar terbaca segala suka

Tumbuh menjadi canda


Ruang Sepi, 09 Maret 2021


Maret Berkisah

Kelompok F:

-Leon dwi putra

-Rinam

-Monik

-Rusman

-Diana. R. 

-Miftahul


Pagi mulai menyapa

Mentari bersinar cerah

Disini kita berjumpa

Kini tersisa hanya kisah


Buana terkadang mengajaku berkelana 

Pada gumpalan-gumpalan redum mega

Awal maret bercerita nestapa

Tentang bayangnya yang selalu menjelma


Meski kau telah menghilang

Bayang parasmu tak pernah pudar

Kisah kita tak pernah terlupakan

Kenangan tak akan terbuang


Disambut sore yang hujan

Ada sebilah rindu yang menghujam

Aku tetap mengenangmu

Meski segala tentangku telah kau kubur dalam-dalam


Dibawah sinar sang rembulan

Kusenandungkan lagu cinta

Petikan-petikan gitar aduhai syahdunya

Mengingatkan kembali akan kenangan bersamanya


Ingin rasanya aku mencintai

Tapi apalah arti jika rasa cinta ini tidak pernah ada dalam diri yang sedang aku cintai

Tuhan, tolong berikan aku sedikit waktu lagi untuk melihat dunia yang sangat indah tetapi menyakitkan 

Dalam kisah cinta antara aku dan dia


Indonesia, 03-09-2021



Paragraf Kehampaan

Oleh Kelompok B

1. Siti Azizah

2. Fairuz Azhar

3. Tiara D

4. Nabila

5. Ananda Mella


Lembar paragraf baru telah dimulai ragu

Dengan alur sama indah membelenggu

Menunggu pasti dalam hati

Tersayat hampa tak kunjung diisi


Maret sudah kembali menyambut

Singgah dalam kalbu yang sepi

Diam termangu, hampa, waktu terus berlalu

Masih menunggu berdiam kuberharap bertemu


Permata bumantara hiasi bumi pertiwi

Menanti bianglala yang tak jua berseri

Menapaki pilu di relung kalbu

Merajut rindu tuk sebuah temu


Angan pun berteriak lancang

Memanggil menarik kerinduan

Angin pun bertiup kencang

Tak tega menatap kehampaan


Rindu sudah setengah perjalanan

Tertatih-tatih memohon pertemuan

Harapan tak jua menjadi kenyataan

Semoga tak berujung kekecewaan


Ruang Hampa, 09 Maret 2021

Senin, 08 Maret 2021

[Antologi Puisi] Ironi Malam Ini | Usai | Sebatas Penghibur




Ironi Malam Ini

Oleh Eka Nuur Setiani


Kelukur membentuk ruam

Berhias pesona lebam

Raungan dipaksa redam

Pertunjukan apik untuk nanti malam


Ayo sayang, kita berhias

Kutahu afeksimu makin pias

Bagaimana sesakmu bernafas

Tapi rupamu tak boleh culas


Lengkungkan sabit labiummu

Biar menguar rupamu yang ayu

Tertindas rasa-rasa kelu

Kita sesama raga yang layu


Lamongan, 4 Maret 2021



Sebatas Penghibur

Oleh Herdianti Wikke Yulian


orang memandang

aku adalah bintang

berbinar dalam kegelapan

dipuja setiap insan


orang memandang 

aku adalah bulan

yang selalu bersinar terang

meski badai sudah datang


orang memandang

aku itu bagaskara

yang selalu ada untuk mereka

walau nabastala sedang berduka


namun sebenarnya

aku hanyalah pelangi

sebuah hadiah setelah tangisan cakrawala reda

yang datang lalu akan pergi


Ruang diksi, 04 Maret 2021


Usai

Oleh Marzuqotun Najiyah


Kenduri bertajuk 'merayakan kehilangan' telah usai, bertepatan dengan purnama ke-12. Aku pamit undur diri, dari posisi muallif yang mengabadikanmu lewat ribuan mushaf berisi ayat-ayat rindu.


 Aku pamit undur diri. Di kedai kopi dengan cahaya lampu temaram, kau tak akan menemukanku. Di simpang jalan penuh jelaga, kau tak akan menemukanku. Dalam hiruk pikuknya Stasiun Brebes, kau tak akan menemukanku.

Hingga kemudian kau sadar, aku telah pergi. 


Aku pamit undur diri


Brebes, 4 Maret 2021

[Antologi Puisi] Patah




Angin yang Bosan

Oleh Kelompok A


Biar tidak seperti sebatang pohon bambu

Ia terumbang-ambing oleh angin

Tanpa arah tujuan, bimbang 

Sehingga pada akhirnya ia pun tumbang


Perihal rasa yang semakin sumarah

Bertahan ditengah pukah tak berarah

Terkulai hancur dikunyah nelangsa

Kepingan luka terseret nestapa


Rindu pun merindukan kerinduan

Tangkai masih tak bertuan

Patah berbisik kepastian

Kemekaran bunga menolak bosan


Patah tak berarti menyerah

Mencoba bangkit meski tertatih

Rintik semu, coba bicaralah

Dengan tenang, rajut tali kasih


Ruang Maya, 02 Maret 2021


Album Kenangan

Oleh Kelompok F


Bak tanduk yang sudah retak

Sekali kau lepas, hancur

Puing-puing itu sudah sirna

Seiring dengan waktu yang perlahan memakan semua kisah yang ada


Kisah yang dulu kuanggap akan berakhir bahagia

Namun, sifat manusia tak terduga

Kau telah berubah, melupakan impian akan kisah kita

Hingga kisah kita telah patah oleh dia


Biarlah kenangan yang pernah kita lalui

Terbungkus rapi dalam ruang tak berisi

Biarlah kisah cinta yang pernah kita ukir 

Terbingkai indah dalam hati yang teriris


Meski terkadang akaramu mengusikku

Kucoba menghapus satu persatu kenangan dulu

Agar atmaku membaik secara utuh

Hingga patahan hatiku kembali sembuh


Sembuh, namun tak seutuhnya

Patahan luka yang menyisakan sedikit trauma

Dan kau kembali, mencoba tuk mengulang kisah lalu

Tapi maaf, kisah yang telah patah ini tak dapat kembali padamu


Ruang Kalbu, 2 Maret 2021


Hilang

Oleh Kelompok C


Kamu adalah adiksi

Dari segala afeksi

Namun semua beralih atensi

Ketika dirimu memilih pergi


Rusak sudah kepercayaan ini

Terpecah belah menjadi puing hati

Rapuh merangkul dari berbagai sisi

Logika dan hati sulit diajak kompromi


Jika aku terlanjur patah

Ajari aku caranya tumbuh

Jika aku terlanjur sakit

Tolong aku untuk bangkit


Sekarang ku coba bangkit

Tapi hati ini tetap sakit

Mengingat saat kau pergi

Dunia mendadak sunyi


Indonesia, 2 Maret 2021