Senin, 30 November 2020

[Antologi Quote] Guru

pexels.com/mentatdgt



Cerdik

Oleh Rina mutiara

"Mendidik tanpa hardik adalah seni mengajar seorang guru paling cerdik" 


Karenamu

Oleh Ade Rifani

"Denganmu aku mengenal banyak aksara, merangkai kata menjadi cerita. Tanpamu aku buta, bisu dalam berkata"


Panutan Terhebat

Oleh Khairun Muna

"Pekerjaannya mungkin terlihat sederhana, namun ilmunya teramat luar biasa. Tak dapat yang bisa menggantikan sosoknya. Dari milyaran manusia di dunia, dialah yang mampu mewarnai kehidupan seseorang. Memberi dengan ikhlas, mengajarkan dengan teramat sabar. Guru ialah pahlawan terhebat di sepanjang masa."

[Antologi Puisi] Rindu



Waktu dan Rindu

Oleh Kelompok A


Denting jam dinding seolah mengingatkannku akan cerita masa lalu

Tentang sebuah temu yang berujung buntu

Tentang kita yang tak dapat bersatu

Karena sesuatu yang dianggap palsu


Kubuang semua derita tentang temu

Takkan ku izinkan hadir dalam rindu

Semua berawal karena salahmu

Membiarkanku menunggu kepastian darimu


Kepada angin yang berhembus lembut

Kutitipkan semua gejolak di hati

Berharap semua hilang

Tanpa perlu merindu


Di lorong hati paling dalam menanti hadirmu

Namun di ruang kesadaran kita berbeda rindu

Paradigmaku kali ini keliru 

Aku hanya sebuah pelarian bagimu


Luka yang dulu kau torehkan

Perlahan terkikis oleh waktu

Hingga kini telah berubah menjadi rindu

Namun tak berujung temu


Bolehkah sesekali aku melihat masa lalu?

Bolehkah kukenang kisah kita meski tanpa hadirmu?

Melupa memang butuh waktu

Tetapi aku ingin mengenangmu sekali lagi sebelum terganti orang baru


Ruang Maya, 24 November 2020

________

1. Ade Rifani

2. Laila Qurrata A'ayunina

3. Dessy Kurniawati

4. Tiara Damayanti

5. Diana Rahmawati

6. Leon Dwi Putra



Selamat Tinggal, Masa Lalu

Oleh Kelompok F


Secangkir tawa dalam hidupku

Setitik luka tersimpan di kalbu

Mengangankan yang tak pasti

Terkurung dalam dimensi ruang dan waktu


Lengkung senyummu masih segar dalam memori

Cokelat manik netramu

Memancarkan binar dusta

Tentang ia yang memenuhi separuh relungmu


Bagaimana dengan lukaku?

Usah khawatir

Waktu akan berbaik hati membasuh luka ini

Hingga lenyap segala sendu


Tak perlu bertanya bagaimana nanti

Cukup berkemas, pergi

Jangan pernah kembali

Sebab datangmu hanya 'kan mengoyak luka lagi


Terkurung dalam kenangan masa lalu

Perkara hari yang masih mengikat namamu

Itu bukan kehendak pun pilihanku

Namun, tekatku lepas sesak di hatiku


Kau ialah lembaran usang yang layak ditutup

Biarlah waktu yang menguburmu dalam-dalam

Sesekali izinkan aku menziarahimu

Dengan hati yang lebih lapang


Sudut Maya, 24 November 2020

________

1. Marzuqotun najiyah

2. Fauziyah H

3. Rosmalina

4. Annisa Fitri


Sebatas Kenang

Oleh Kelompok B


Sayang, kala itu kau sedang duduk manis sambil menungguku datang.

Membuat suasana alam terasa sangat menyejukkan.

Menebar senyuman dengan teramat anindya—hingga aku dewana.

Kini kau berhasil membuatku tak bisa melupakan kejadian terindah, kala itu.


Dulu, setiap waktu terasa berharga saat bersamamu.

Melewati hari penuh sayang darimu.

Perhatianmu, cintamu, membuatku beruntung memilikimu.

Namun, semua itu dulu sebelum aku berada jauh darimu.


Sayang, aku tahu semua sudah Tuhan rencanakan.

Kau dan aku, tidak dibersamakan.

Sebab, Tuhan lebih tahu arti kebahagiaan.

Meski begitu, aku sangat berterimakasih pada waktu.

Sebab hadiah terakhir yang diberikan oleh waktu adalah kenangan; bahwa kita pernah saling mengasihi; menyayangi; mencintai.


Kini, hanya waktu yang tertinggal.

Ada setitik harapan pernah terlukis indah di sana.

Membawa rinduku untukmu.

Namun, telah terkikis oleh waktu.


Sayang, dengan waktu kosong lambat lalunya di tepian jendela.

Pada musim lembab, akan kuurai larik-larik yang masih berbentuk enigma pada sepi di balik padang selebar jemari kita.

Pada hari seroja kembang. Akan kuisi hatiku dengan keluhmu dan berlalu.


Rintik hujan membasahi debu.

Perlahan awan membendung mentari.

Nostalgiaku kembali menari di memori.

Andai masa terputar kembali.

Ingin ku melukis kenangan itu lagi.


Palung Hati, 24/11/2020

________

1. Triana Valentina

2. Kurniadi

3. Fitri Ulfia

4. Khairun Muna

5. Lia Nisrina

6. Ananda Mella

Senin, 16 November 2020

[Antologi Puisi] Malaikat

https://unsplash.com/@withluke



I

Kusebut Malaikat

Kelompok D


Malam pukul tiga

Terdengar sayup tangis dan pinta

Mengiris hati dan menggetarkan jiwa


Sujudnya yang lama

Ditumpahkan segala keluh dan pinta

Untuk suami dan anaknya.


Aku, darah dagingnya

Ia, malaikatku

Sang penawar luka juga duka


Penjaga kasih sayang dalam pedihnya derita

Nafas yang tak pernah terjerembab oleh murka

Pengingat pagi yang tak lelah dalam lelap


Penawar hati dikala luka merebah

Tak lelah engkau selalu siaga

Menjaga harapan tak pernah hilang


Dekapnya adalah rumah paling nyaman

Bersama lembut belaian

Juga merdu kata yang disuarakan


Kata musisi ternama dalam lirik lagunya

Kakinya telanjang tanpak menari padahal mengais rejeki

Keringat ia jadikan kebahagian yang menunggu ketika kering


Maaf jika selama ini kerap lupa diri

Padahal berkatnya aku sanggup berdiri

Sebab doa-doanya yang tak pernah berhenti


Bait-bait berakhir

Kusemogakan bahagianya abadi kini terukir

Mengganti setiap keringat dan airmata yang pernah mengalir


Ruang sendu, 10 November 2020


Anggota yang mengerjakan:

-Fau

-Khotimah

-Alfad

-Rinam

-Himelda


II

Bunda, Malaikat yang Berpura-pura

Karya Kelompok A


Dalam senyummu kau sembunyikan lelahmu

Derita siang dan malam silih berganti

Tak menggetarkanmu memberi harapan baru untukku


Tubuh rentamu bukti perjuangan

Letih lelahmu bukti amanah pada Tuhan

Kelembutan dan senyummu bukti cinta


Meskipun raga suda sangat letih

Namun tak sedikitpun hal yang membuatmu mengeluh

Kau adalah malaikat penjaga dan pelindung untukku berteduh


Di setiap perjalanan hiduku

Untaian doa selalu kau alunkan dengan merdu

Agar aku dan keberhasilan berujung pada temu


Ku tahu tak ada yang bisa dibandingkan dengan jasamu

Tapi izinkan aku ungkapkan melalui untaian kata penuh makna

Kuceritakan kehebatanmu pada dunia


Malaikatku, kau sangat pandai mengambil hatiku

Dengan suara lemah lembutmu, dekap hangatmu, kecup bibirmu, bahkan dengan senyum manismu

Aku tenggelam dalam lautan cintamu


Malaikatku, aku tak ingin hidup tanpamu dan aku tak bisa

Aku ingin selalu merebahkan kepalaku di atas pangkuanmu

Sambil mendarkan banyak-kisah indah dari darimu 


Malaikatku

Tanpamu hidupku tidak berwarna

Hari-hariku tak banyak cerita, hati pun begitu hampa dirasa


Terimakasih atas segala kasih yang telah kau beri untukku tanpa pamrih

Kau jadikan aku seperti ratu dalam hidupmu

Kau cintai aku lebih dari kau mencintai dirimu sendiri

Ruang sendu, 10 November 2020


Anggota yang mengerjakan:

• Nabila

• Ananda Mella

• Ayu

• Diantiwikke

• Khairun Muna

• Syefi


III

Malaikat Berwujud Insan

‌Oleh Kelompok B


Gelap gulita malam tak ditemani cahaya terang

Hanya ada percikan api yang bergonta ganti

Menyilaukan mata yang tak bisa diterawang


Tergores pena pada tersibaknya tepian masa

Bertemu memoar remang, berteman sunyi yang tak tenang

Disapa rembulan malam penuh kelembutan; sendirian


Rupanya kisah ini adalah rumpang yang mulai usang

Nun jauh makna dalam aksara 

Berharap sajak pada rampung yang dibawa seseorang


Ramai terasa sunyi

Awan biru seakan memenuhi perenungan

Lelahkah batin ini? 


Lunar, sampaikanlah kisahku

Berilah asa penyemangatku

Siapapun, apapun


Tak selalu dengan sayap

Tak selalu dengan paras yang anggun

Tak selalu dengan tempat yang tinggi dan megah


Kaulah malaikat berwujud insan yang diberikan Tuhan untukku melengkapi segala kekurangan

Kau memberiku hidup indah, setelah sayapku patah

Hatimu adalah tempat ternyamanku untuk merebah


Lebih elok dari apapun

Selalu ada dalam sanubari

Tak pernah tergantikan


Malam kian larut

Goresan pena ini tak terenggut

Bersama insan bak malaikat, semoga harapan sajak ini telah disambut


Ruang maya, 10 November 2020


Anggota yang mengerjakan:

1. Az Zahra Firdaus Syachputri

2. Leon Dwi Putra

3. Sarika Sarah

4. Diana

5. Syifa

6. Henny


[Antologi Puisi] Janji


I

Bayang

Oleh Lilik Mar'atus Sholeha


Sajak manis terucap

Menyejukkan hati yang gemuruh

Tentang rangkain masa depan yang dinantikan

Atas hati yang telah menggantungkan


Walau hanya kata

Ia jadi sebuah jalan

Untuk hati yang telah berjalan tak tentu arah

Seperti daun yang dihempaskan angin


Rangkain kata yang menjadi harapan

Untuk hati yang hampir mati

Luka-luka dan bekas luka lalu

Masih segar terasa


Walau demikian 

Janji itu masih bayang

Yang bisa hilang 

Saat cahaya tenggelam


Cirebon, 12 November 2020


II

Katamu

Oleh Riri Lestari 


Kita bersua kembali suatu saat nanti, katamu 

Aku percaya begitu mudah sebab cintaku padamu

Lantas, kubiarkan kau pergi mencari mimpimu

Ku katakan, aku akan setia menunggu


Panjang waktu yang kita lewati membuatku ragu 

Kerap kali rindu menelisik, membisikkan pikiran miring tentangmu 

Ah, menyebalkan sekali ketika itu 

Namun sekelebat janjimu kembali bergemuru


Aku harus percaya, bukan? 

Yah, katanya cinta tulus haruslah saling memberi kepercayaan 

Namun pikiran liar tentangmu sangat menjengkelkan 

Sayang, lekaslah kembali dan membuat kenangan


Bone, 12 November 2020


III

Untuk Aku

Oleh Rohaya Fadilla


Berjanji tak lagi menyakiti begitu mudah merapal di bibir

Aku hanyalah pecundang yang selalu bersembunyi di balik kata "Janji."

Padahal dengan sengaja menyakiti diri sendiri lagi dan lagi


Kerap kali merayakan kemenangan dengan tangisan

Bahkan, memandang sebelah mata apa-apa yang aku capai

Janji sebagai alat penenang semata yang terucap saat bahagia melanda


Untuk aku

Aku tidak ingin memelukmu dengan luka pun memaksamu agar selalu bahagia

Tetapi, hari ini aku ingin sedikit mengurangi pengkhianatan


Aceh, 12 November 2020

[Antologi Puisi] Bukti




I

Bukti dari Hadirmu

Karya: Khairun Muna


Hadirmu membawa sejuta kedamaian dalam kehidupan

Hadirmu membuat saya selalu bersyukur atas ciptaan Tuhan

Menjalani hidup denganmu terasa selalu diberkahi oleh-Nya

Karenamu selalu membuat saya Istiqomah berada di jalan-Nya


Kini semesta telah memberi saya bukti – sekaligus kepercayaan 

Bahwa kamu pantas untuk diperjuangkan

Memberi sepenuhnya kasih sayang

Tanpa ada sedikitpun keraguan


Semesta izinkan saya melukis kisahnya dengan teramat manis

Menceritakan kebahagiaan kepada seluruh isi bumi

Supaya mereka tahu, bahwa memilikimu ialah rahmat terbesar yang pernah saya dapati

Mari menghabiskan waktu bersama – abadi selama-lamanya


Aceh, 12 November 2020


II

Barang Bukti

Karya: Alfad Nur Huda


Di tempat yang asing mata ingin menoleh di ufuk timur

Mata sedikit sayu ketika mentari esok mulai menyambar


Si kembar keras menjulang tinggi bertopi awan 

Kau sangat mengah 

Dan kau sangat gagah

Nyatanya kau mampu menghalangi raja surya tapi hanya sejenak 

Walau sekian detik kau mampu memberikan pantulan merah nan indah


Ku tak merasa berfikir 

Tapi otak sketika memikirkan 

Ya, itu dimensi dari tuhan... bawah sadar seorang insa ciptaan tuhan tak bisa di ragukan


Kemampuan alam akan sinkron dengan yang berpenghunip

Yang berpenghuni akan sinkron dengan dalam hati

Dalam hati akan sinkron dengan diri

Diri akan sinkron dengan tidak membohongi diri sendiri walau itu urusan cinta mencintai 


Lamongan, 12 November 2020


III

Bukti Palsu

Oleh Ananda Mella


Teruntuk seseorang yang gagal aku menangkan.

Terima kasih, pelukmu telah pernah menenangkan cemasku.

Terima kasih, belai tanganmu telah pernah memanjakanku.

Terima kasih, bibir lembutmu telah pernah memberi manis untuk bibirku.

Terima kasih, atas segala sikapmu memperlakukanku.

Terima kasih, atas segalanya; semua menjadi bukti bahwa kau hanya pura-pura mencintaiku.


Bogor, 12 November 2020

Minggu, 08 November 2020

[Puisi] Pagi di Bulan November

 


Oleh kelompok B


Aku beranjak dari lembar Oktober menuju November

Membuka lembar baru ditemani secangkir kopi

Pukul 3 pagi di awal Bulan November

Aku berdiri melihat hujan bertemu bumi

Melihat rintiknya mengetuk kaca


Sejenak menghirup udara pagi yang sunyi

Begitu menenangkan setelah begadang semalaman

Sembari menyeruput kopi dalam genggaman

Jemariku melukis dalam bayangan

Kaca yang berembun begitu menggoda untuk disentuh



Kira-kira November ada cerita apa ya?

Apapun itu semoga semakin tabah

Mampu memenangkan segala bentuk luka dan duka

Mampu mendatangkan ceria

Tertawa lepas meski di tengah bisingnya perkotaan


 Semilir bayu mulai menajam 

Membuat merinding apalagi kopiku sudah habis sejak tadi

Terlalu asik melukis sembari berangan 

Membuatku tak sadar fajar telah berpendar

Sedang rintik hujan masih jatuh membasahi bumi


Banyak harapan kupanjatkan

Semoga bulan ini penuh kebaikan

Tanpa ada duka dan bencana

Tanpa nestapa dalam rencana

Sebelum pergantian tahun tiba adanya



Dua bulan lagi tepatnya

Tahun baru kita rayakan

Berkumpul bersama menyulut kembang api

Sampai tidak mengingat pedihnya tahun ini

Novemberr...

Semoga kau memberikan kehangatan di tengah musim hujan


Bumantara, 3 November 2020


Oleh: 

1. Amalia Rahma K.

2. Aristiya Nuraini

[Puisi] Pengharapan November

 


Oleh Kelompok D


Detik demi detik kian menyeru

Membawaku jauh dipenghujung waktu

Nurani dan logika saling beradu

Apa mungkin November ini kita menyatu?

Sebab, sejak dulu aku menantikanmu 


Aku memandang simpulmu

Kuabadikan dalam nuraniku yang dangkal dan berbatu 

Serupa kisah diujung kenangan

Semoga pinta ini tak berakhir membisu


Malam ini akan kuceritakan

Pada Oktober dan penantian 

Semuanya menguras tenaga

Tentang harapan yang penuh warna

Untuk November yang sempurna


Kamu, satu-satunya yang ingin ku miliki

Biarpun terabaikan, aku tetap bertahan

Penantian adalah bentuk kesetiaan

Perjuangan keras tidak berhenti begitu saja

Harapku semoga adorasi ini tidak sia-sia


Izinkan aku meminta restu Tuhanmu

Landasan bahwa aku mencintaimu

Kuikrarkan pada semesta

Tanpa lelah aku menghapus air mata

Untuk bahagia diujung sana


Mengertilah wahai dambaan hati

Hanya dirimu yang selalu kunanti

Biarkanlah November ini menjadi saksi

Bahwa, kita akan saling berjanji

Untuk sehidup semati


Ruang Kolaborasi, 3 November 2020


Kelompok D: 

1.Fatcha Nurjanah 

2.Fera Dwi Haryati

3.Ghisna Rostiana

4.Glady Anliza Syaharani

5.Ismatu Ulya

[Puisi] Teruntuk November di Penghujung Cakrawala

 


Oleh Kelompok A


Kepadamu november

Berpaling sahutan tentang jiwa-jiwaku yang lemah

Banyak semoga yang beradu lantah

Menebar puing-puing doa menyentuh harapan

Mengkemas pecahan-pecahan masa lalu agar memangku kebaikan


Menelisik malam yang sunyi abadi

Disaat ribuan insan merebahkan raganya

Aku masih terjaga membesuk Sang Ilahi

Di atas sajadah aku bersujud pada-Nya

Merapalkan butir-butir doa


Segala harap tercurahkan

Memohon ampun untuk setiap kesalahan

Mengobarkan semangat yang kian menggelora

Dengan pancaran luka yang meraba-raba

Semoga menghilang lantas masa depan yang gemilang


Letih tiap tapak seakan menjadi kekuatan

Bak malakiat mengepakkan sayap menghangatkan

Menampi semangat juang menggapai impian

Berlari, berhenti, dan berlari lagi bukanlah halangan 

Demi meraih indahnya kebahagiaan


Tirai embun terbuka menampilkan kenangan abu

Mengingatkan akan tujuan belum berlabuh maju

Tercubit hati menyesali waktu berlalu

Terbuang sia-sia tanpa menunjukkan hal baru

Hingga termenung meniti rasa malu


Kini harapku tak banyak

Inginku menjadi sosok yang berarti

Beralih pribadi yang lebih baik

Mampu memberi kebahagiaan serta perubahan

Bagi para jiwa yang ingin kuperjuangkan


Ruang Diskusi, 3 November 2020

[Puisi Akrostik] Break Up

 


Oleh: Ananda Mella


Betapapun aku berusaha menghapusmu dari hatiku; aku tak mampu.

Ruang hatiku benar-benar penuh dengan dirimu.

Entah bagaimana sikapmu padaku kini; aku tetap mencintaimu.

Aku tak menganggap kita telah berakhir, tapi hanya memberi jeda untuk kemudian membangun kembali cinta yang sempat tertunda.

Kau tetap kekasihku, meski kutahu kau telah bersama seseorang yang baru.

Ukuran cintaku lebih tinggi dari gunung yang menjulang, pun lebih dalam dari dalamnya lautan.

Percayalah! Hanya kau satu-satunya orang yang kumau.


Bogor, 20.11.05

[Puisi Akrostik] Akmal




Oleh: Khairun Muna


Aksara kembali menghiasi bumi, dengan seuntai warna cukup lihai menarik pandangan mata.


Kilauan permatanya menembus kulit sampai ke ubun-ubun, kini sudah tak dapat ditahan. Ingin rasanya dituangkan, agar diri tidak kesakitan.


Matanya yang hitam mampu memberi ketenangan jiwa, semoga pancarannya cukup aku saja yang merasa.


Ambisius terus saja berpihak kepadanya, semoga ingin tidak salah dalam menentukan.


Lingkran bumi akan menjadi lingkaran kita, tinggal menunggu masa, dalam membentuk cerita dengan seutuhnya.


Aceh, 5 November 2020

[Puisi Akrostik] Ayah

 


Oleh: Ade Rifani


Alunan muratal di malam ini menggetarkan jiwaku. Mengingat sosok lelaki yang selalu menjadi penopang langkahku. Cinta pertama saatku lahir ke dunia. Lelaki pertama yang mampu bertahan dengan segala sikap manja.


Yang selalu sigap saat melihat mata sembab. Selalu menawarkan raga untuk bersandar tanpa kuminta. Menghadirkan peluk dalam setiap pelik yang ada. Menghapus semua duka lara yang menyapa


Aksa elang itu kian meredup termakan usia. Daksa tegap pun kian membungkuk karena semakin senja. Tangan yang dulu selalu menopang kini semakin keriput. Surai hitam pun kian memutih dibalik kopyah. 


 Hiruk pikuk kota telah kau lalui sepanjang usiamu. Tersimpan di balik aksa yang kian meredup. Kutitipkan harap dan doa pada sebait kata yang kupersembahkan untukmu, ayah.



Bandung, 05 November 2020