Minggu, 31 Januari 2021

[Antologi Puisi] Syukur


Rintihan Tafakur

Oleh: Kelompok F


Surau-surau masih terdengar merdu

Menyeru nama-Mu menyentuh kalbu

Tenteram damai kami menyeru

Atas pemberian-Mu wahai Rab-ku


Kasih dan sayangmu tak terukur

Walau diri jarang bersyukur

Jangan, jangan sampai kau kufur

Karena do'a selalu dikabul


Izinkan para pemain drama ini bercerita

Mengenai senja yang apik dipandang netra

Bukti kuasa Sang Penjuru Mahakarya

Rasa syukur kami panjatkan pada-Nya


Pada ilalang yang menjulang tinggi

Kupasrahkan semua pada Sang Hyang Widhi

Untuk segala lika liku raga yang berjiwa ini

Sujudku, syukurku atas kasih Sang Illahi


Tak pernah henti tangan ini menengadah

Menelaah segala kemungkinan pada Sang Lillah

Mengucap sungguh sampai tenggelam dalam rasa bersalah 

Berterima kasih pada pemilik seluruh isi jagat raya serta segala anugerah


Bumi Pertiwi, 26 Januari 2021



Entah

Kelompok E


Maaf Tuhan, jika selama ini aku begitu brengsek menjalani peranku sebagai hamba-Mu

Maaf atas begitu banyaknya keluh kesahku pada-Mu

Kini aku sadar, ternyata memang seperti ini cara mainnya; kau mendewasakanku lewat rangkaian keterlukaanku

Kurasa, terima kasih saja tidak cukup untuk mengungkapkan rasa syukurku


Begitu banyak kenikmatan dan anugerah yang Engkau curahkan

Namun hamba-Mu yang hina ini selalu menutup

Hamba-Mu ini terlalu terlena dengan dunia 

Pelahan bergerak menuju kegelapan, menjauhi cahaya-Mu


Lelah hati ini menghadapi kerasnya hidup

Tak akan pernah tahu sampai kapan hidup ini usai

Mungkin dengan bersyukur bisa menjadi penenang hati

Masih dapat bernapas setiap hari


Keluh yang kemarin kudapati

Pilu yang telah kulewati

Membuatku selalu mensyukuri

Bahwa semuanya telah kulalui


Segala puji bagi-Mu kuhaturkan

Mulai kini tak kan lagi kubiarkan sia-sia

Setiap titik yang Kau beri

Sekecil apapun jalan yang kutapaki


Ruang Rindu, 26 Januari 2021



Membahasakan Syukur

Oleh Kelompok G


Aku bicara tentang hari yang merangkak sepi

Di dinding ada jam tua yang padat cerita basi

Pada kaca jendela bersemayam mimpi-mimpi yang diragi

Yang kudapat adalah syukur yang sunyi


Hidup memang tidak seindah drama

Kisah manis dan pahit saling beriringan

Menguji kesanggupan diri

Menapaki lika-liku kehidupan


Terkadang kenyataan lebih kelam dari persepsi

Namun tak membuat diri lupa pada ketetapan sang Ilahi

Meskipun terasa lelah; penuh dengan duri

Tetap mensyukuri nikmat yang diberi


Aku patut bersyukur 

Segala sesuatu apa yang ku diberikan

Masih ada orang-orang yang tak mampu 

Tetapi terus bersabar dan selalu bersyukur


Dan pada akhirnya

Aku bagai punai yang lupa diri

Yang pulang ke sarang setelah lama terbang dan menafikan sunyi

Syukur adalah ruang yang tak pernah basi 


Ruang Daring, 26 Januari 2021


Anggota Kelompok:

1. Ahlul Aqdi

2. Dessy Kurniawati

3. Khairun Muna

4. Alya 


[Antologi Puisi] Janji




Tak Tahu Malu

Ridho Firdausman


Sungguh berani

Mereka berkata dengan lantang "Aku bersama kalian!"

Iya, rasa lapar yang sama

Perutku lapar minta makan

Perutmu lapar minta harta


Sangat lembut tanganmu

Apakah itu karena tugas dan tanggung jawabmu yang terlampau berat?


Aku hanya bisa tersenyum, melihatmu begitu dalam terlelap di kursi belakang

Seraya perutku menjerit


Hati, 28 Januari 2021



Menanti Janji

Oleh: Dessy Kurniawati


Jalan panjang berbatu

Saksi bisu dari kata janji

Setiap hari menanti janji yang berbuah sesak


Kau julurkan manis kata-kata

Membiarkan harapan terbang 

Tanpa takut jatuh bebas


Panas mentari memanggang asa

Kerikil tajam menggores jiwa

Menyadarkan bahwa penantian telah selesai


Kimak, 28 Januari 2021


Indonesia

Oleh: Leon Dwi Putra Agustina



Indonesia 

Negeri kaya raya 

Negeri beragam budaya


Negeri nya para pejabat jujur

Negeri paling anti korupsi

Negeri yang paham toleransi


Rakyat pakai mercy

Pejabat jalan kaki

Rakyat makan sushi

Pejabat makan berlauk terasi


Indonesia 

Hukum yang hanya mengadili tikus berdasi

Bukan pencuri sepotong roti.


Bogor, 28 Januari 2021

Senin, 25 Januari 2021

[Antologi Puisi] Harapan



Secarik Harapan

Oleh Kelompok G


Pikiran selalu berenang menerjang arus

Mensucikan jiwa yang semakin kurus

Nan kemudian terhenti di suatu muara

Yang berbulir merah bagai lara


Melodi yang indah selalu terpatri

Hangatnya semangat di kala menanti

Merajut cita, menghapus duri

Dalam harap merubah diri


Terkadang harapan selalu datang

Harapan adalah suatu hal yang terbaik

Sebuah keinginan impian

Yang selalu di tunggu-tunggu


Menjelma bak bait-bait merdu

Menerjang keraguan dalam diri

Membasuh luka walau palsu 

Kelam, tanpa keraguan


Perbaiki diri, persempit emosi

Walau sesak tetap berdiri

Alih hati dengan perlahan

Teriakan luka hendaknya berguguran


Tepis semua keraguan

Gapai semua angan

Siapkan kekuatan tuk hadapi rintangan

Wujudkan harapan


Ruang maya, 19 Januari 2021



Genderang Harapan

 Oleh kelompok A


Bagaskara kian temaram

Swastamita tenggelam padam

Payoda jingga berubah hitam

Iringi dekap sang malam


Di tengah malam-malam yang layu

Di hutan-hutan aku berendam

Menari dalam ruang yang padam

Kucup senja lepas digenggam


Keresahan semakin melaju

Awan hitam dan gemuruh semakin memadu

Aku semakin rancu

Pada hati yang kelabu


Asa yang pernah terajut

Kini mulai beringsut

Membuat diri semakin kalut

Bertemankan duka yang menggelayut


Di mana gemerlap dunia

Selalu kelam menjadi teman

Kapan genderang itu berdenting

Sedang sunyi selalu menyapa lagi

Di sini terlalu rapuh hingga aku menjadi abu


Di balik rintih yang terlangitkan

Dalam balut kesunyian

Pada bait-bait harapan

Tuhan... Ciptakan keajaiban


Pelabuhan asa, 19 Januari 2021

Anggota: 

1. Siti Azizah 

2. Ahlul Aqdi

3. Herly

4. Diantiwikke

5. Yuni Septia Riharja. Tj




Seuntai Harap Penuh Cita

Oleh Kelompok E


Serpihan kertas usang kembali disatukan

Alunan muratal diperdengarkan

Upaya mengetuk hati yang sempat dilumpuhkan

Agar kembali kepada kebenaran


Kepada Dzat yang Esa

Lagi Kuasa atas segala rasa

Terima kasih telah diizinkan memintal harap

Meski terus berujung tangis dalam lelap


Waktu terus berjalan

Telinga mendengar mulut-mulut 

mencela kehidupan

Meski hanya kepingan

Do'a-do'a harapan tetap dilantunkan


Banyak asa kembali digantungkan

Setelah harap yang dituliskan; tak menjadi kenyataan

Menuai banyak keputusasaan

Menyisakan jejak kepahitan


Namun selagi atma melekat dalam daksa

Tidak ada kata putus asa

Apalagi berhenti dari segala usaha

Untuk mencapai suatu cita


Hirapkan ragu yang menyeruak dalam dada

Teguhkan tekad pada jiwa 

Jika selalu ada harap 

Dalam setiap lembar kisah yang hinggap


Ruang Diskusi, 19 Januari 2021


Anggota:

~ Ade Rifani

~ Najiya 

~ Leon Dwi Putra


[Puisi] Akrostik





EKA NUUR SETIANI

Oleh: Eka Nuur Setiani


Entah bagaimana sastra menjelma

Kian hari ia merasuk, menembus sukma

Alunan diksinya membuatku terpana


Nadi berdenyut merangkai sejuta kata

Untaian abjad terangkai sempurna

Ucapan lafaz setajam belati aksara

Rupanya sastra mengajakku berwacana


Sajak berambisi melanglang buana

Esensi harap dari setiap insannya

Tahukah engkau wahai daksa? 

Inilah buana samudera mahakarya

Aku dengan kesederhanaan bahasa

Namaku tertulis dari sebait prosa

Indah maknanya terukir dari sanskerta


Lamongan, 21 Januari 2021



LEON DWI PUTRA

Oleh: Leon Dwi Putra


Lebih sewindu ibu mengandungmu

Embun pagi menyambut kelahiranmu

Orang-orang bersukacita

Nanti, kau lah pemimpin dunia


Dalam hening malam

Waktu tahajjud ibu

Isak tangisnya mendoakanmu


Perjuangan ibu dan bapak 

Untuk membuatmu bahagia

Tanpa kata lelah bicara

Raut sesal pun tak ada

Asa ibu, nak jadilah manusia berguna 



Bogor, 21 Januari 2021



RINA MUTIARA

Oleh: Rina mutiara


Ruang-ruang gelap itu seakan menerkamku

Ingin rasanya berlari sekencang mungkin

Naif jika aku menyerah begitu saja

Akan tetapi, semua ini terlalu menusuk ragaku

Menenggelamkanku ke dasar samudera perasaan

Ujian ini seakan menembakkan pistolnya beruntun

Telah patah semangatku, telah gontai langkahku

Inikah jalan hidupku?

Angin sendu menerbangkan

Rangkulan kesedihan membuat pilu

Adakah seseorang yang mengerti perasaanku?


Bekasi, 21 Januari 2021

Senin, 18 Januari 2021

[Puisi] Januari




Diksi di Januari

Oleh: 

1. Eka Nuur Setiani

2. Johan

3. Annisa Fitri

4. Adelia Jufri


Harum melati semerbak wangi

Menguar raksi mengitari bumi

Lengkung sabit bak pesona bidadari

Awali sasi ini penuh amunisi


Replika jiwa terbuka riak

Erang membisu, menutup hati

Awal pembuka seribu luka

Harap berselir rupa bahagia


Di satu dari dua belas bagian rubrik

Aku ingin menulis lirik yang apik

Mengisi segala teka-teki pelik

Menjelajahi ruang-ruang berbilik


Januari yang berseri datang padaku

Membawa pesan melalui mimpi

“Kasihanilah aku tuan!”

“Berilah aku sepiring nasi agar aku bisa makan bersama anak-anaku.”


Pesan lusuh menyayat peluh

Tertulis diatas kertas kusut bertintakan asa 

Telah sirna karena melawan paripurna

Musim yang sama, hujan terus mengguyur kota kecil tanpa henti


Januari dan cerita diri

Bak perpaduan sukma dan daksa

Kuharap kenang indah yang abadi

Damai nan menenteramkan atma


Namun nyatanya, raga kembali disuguhi gerigi api

Menggorogoti, membakar segala keindahan

Belum genap sebulan

Mendadak, nyawa sudah banyak kembali kepada Sang Tuhan


Bumi Pertiwi, 12 Januari 2021




Awal Cerita Januari

Oleh:

1. @⁨~Syefi⁩ 

2. @⁨Ra_Tiara (43030200060)⁩ 

3. Az Zahra Firdaus Syachputri



Akhir Desember telah sampai, 

Januari melambai

Awal cerita baru yang menjuntai, 

Menanti dimulai


Di awal tahun yang indah ini

Janganlah lupa diri

Dengan harap asa yang dulu

Tak terkubur dengan asa baru 


Hasrat baru tercipta di awal bulan ini

Tak terhenti di kata Januari

Kaki ini melangkah lebih jauh lagi

Doa ini menengadah lebih dalam lagi


Beranjak lebih baik dari hari ke hari

Bangkit dari rasa bersalah yang tak berarti

Menjauh dari masalah yang datang bertubi-tubi

Bergegas sambut cahaya bulan ini


Harap-harap diucap,

Membaik alur cerita yang digarap

Samar-samar terdengar, 

Jeritan doa dalam semoga yang terlontar


Januari 2021

Dimana senja semakin menjumpa

Namun ribuan asa dan harap masih menjadi retorika 

Aku harap tak menjadi luka di penghujung tahun nanti



Ruang maya, 12 Januari 2021



Membaca Januari

Oleh:

1. Ahlul Aqdi

2. Triana Aritonang

3. Ade Rifani

4. Noviyanti Hambali

5. Herly

6. Alif Muhammad Ramadhan


Tak banyak yang kubaca di awal Januari

Pohon-pohon rindang juga memekarkan sunyi

Awan-awan teduh pun membawa hujan yang rusuh

Hanya doa yang lengang dan panjang di tengah mendung yang sedang rubuh


Rintik hujan datang di Januari

Seteguk kopi hitam awali pagi hari

Dengan banyaknya pikiran tentang resolusi

Besar harap untuk perbaiki diri


Gemericik hujan memecahkan sunyi

Menemani kala sendiri

Terdiam dalam lautan sepi

Seolah antara hidup dan mati


Tak berharap banyak 'ku pada Januari

Beribu-ribu hari terasa biasa saja selama ini

Cukup peluhku dapat terobati

Kuingin melangkah menggapai masa depan yang menanti


Semoga hadir yang dinanti

Akan sampai pada bahagia yang tercapai nanti

Untuk masa kini dan nanti

Dan aku ingin tak diam lagi


Meski Januari ini

Rintikan mata air terpancur di sudut bibir

Menguras letih yang kadang membuat getir,

tetapi kaki dan hati terus ingin melewati desir

Terus mengobar semangat bagai petir


Aku di sini membaca Januari

Bising suara tangis penuh derita

Sekawanan burung terbang ke utara

Sang pemimpi kini menjadi sang penjaga


Ruang daring, 12 Januari 2021

[Puisi Patidusa] Alam




Raungan Buana

Oleh: Eka Nuur Setiani


Cerita warsa yang suram

Memori kelabu terekam

Suasana mencekam

Aram


Terjal

Buana mual

Tak merasa abnormal

Banyak budak suka membual


Telah berakah beribu daksa

Mereka bukan ajisaka

Angkara murka

Binasa


Pedih 

Luka menganga

Jerit nan rintih

Bentala meraung penuh lara


Lamongan, 14 Januari 2021



Harta Tuhan

Oleh: Abid Zakly


Mentari pagi menyingsing hari

Memecah gelapnya malam

Jiwa-jiwa lelap

Terbangun


Indah

Kupu-kupu berterbangan

Burung berkicau merdu

Simfoni tujuh warna berseri


Dedaunan jatuh dan terhampar

Padang rumput bergoyang

Tundra membeku

Dingin


Tuhan

Aku berjanji

Surga duniaMu ini

'Kan kujaga dan kurawat


Sumedang, 14 Januari 2021


 

Tercemar Kematian

Oleh: Alif Muhammad Ramadhan


Tempat asri penuh kehidupan

Kerajaan para hewan

Hijau dedaunan

Menjulang


Megah 

Sahabat awan

Indah dari kejauhan

Karya berharga milik tuhan


Tersisa hanya gundukan tanah

Tempat penuh kehidupan

Tercemar kematian

Lenyap


Rusak

Alam menderita

Manusia menjadi raja

Keserakahan merusak asri alam