Senin, 21 Juni 2021

[Antologi Puisi] Utuh tapi Rapuh



Terjebak Rasa 


Sejuta aksara dan tanda bacaku mati

Tenggelam dalam harap yang sekarat

Dengan belati yang hampir menggores nadi

Haruskah aku akhiri?


Kaki melangkah yang tak kenal arah

Satu demi satu segala asa runtuh

Berdiri atas nama cinta yang semu

Kini rindu berujung pilu


Berwaktu waktu aku mengasuh rasa 

Memendam cinta yang tak biasa 

Dan aku bertanya pada diamnya semesta 

Adakah hati yang tak bisa luka ?


Andai semua berlalu tanpa ada rasa yang semu

Andai kenangan melipir menjauh

Saat ini aku takkan terjebak rasa yang semu

Menggenggam rasa tak berujung untukmu


Ragaku utuh ,hatiku rapuh 

Cinta membuatku jatuh 

Seluruh atma menjebak diri 

Atas nama rasa segalanya pergi


Tuhan ajari aku untuk memahami

Cinta tak melulu berujung memiliki

Bagaimana cara mengiklaskan

Tanpa menaruh rasa berkepanjangan


15 Juni 2021


Oleh 

1. Sintia

2. Andi

3. Mifta

4. Alfiya

5. Murlin Andaka

6. Ramlan

 


Rindu yang Utuh dengan Segala Kerapuhannya


Pagi ini aku termenung menatap ilalang

Angin dan gersangnya menyelimuti keindahan

Sementara aku masih bersama bayang-bayang

Yang menitipkan hal berupa kerinduan


Kerinduan yang rapuh berbalut kenangan

Yang menghangat bersama sisa rintik semalam

Ahhhh, ini benar membinggungkan

Apa rindu ku selama ini tak tersampaikan?


Hati ini tak lagi utuh

Setelah penghianatan yang menjadikannya runtuh

Bualanmu tentang indahnya Jogja tak lagi tersimpan sebagai bentuk cinta

Juga kisahmu yang menyakitkan bersamanya


Kau menyuguhkan ruang bernama patah hati 

Menjebaknya diantara buaian semesta 

Yang tersisa hanya kepulangan elegi 

Bak patahku yang menjadi bahagiamu


Tidak semua keruntuhan adalah kekacauan

Terkadang ia tersimpan sebagai kebaikan

Dan airmata adalah ornamen terkuat yang tersusun dari beberapa rasa

Tentang kita yang pernah utuh dan berakhir rapuh


Lebih baik aku terluka ketika tanganku merangkul rasa malu 

Daripada aku membantu tanpa pernah mencoba melawan rasa kaku

Lebih baik aku terhina ketika wajahku teriris badik masa lalu

Daripada aku terbuang tanpa pernah mencoba melangkahi jurang rindu


Ruang Hampa, 15 Juni 2021


Oleh

1. Mardhiah Hayati

2. Zakiyatul Arifah

3. Rizqi Tarinda Putri

4. Glady Anliza Syaharani

5. Ira Rianti


Retak


Terbayang akan angan

Terbuai oleh ayunan kata

Hanya dapat meneguhkan 

Menguatkan qalbu yang tersentak


Maaf,

Suatu ruang menentang realitas,

Menyisipkan bait-bait derai tanpa batas,

Redum yang selalu saja terjepit diam-diam,

Kini telah menggebu tanpa salam.


Rupanya atma kian memudar

Sendu bersama senja

Tak sedikit pun berfikir

Membawa sederet kisah penuh luka


Menyelinap sehembus angin

Menerpa relung mata batin

Menimbulkan pedih

Menumbuhkan sebutir peluh



Aku tidak ingin lagi peduli,

bekas-bekas nya terus saja kau gali.

Mungkinkah kisah arkais yang kau ciptakan sendiri



Atau kesalahan yang kau tangisi?

Alunan nya menyibak 

Menumbuhkan retakan

Membuat relung berhamburan


Oleh

Alfarisi

Abdul Rozaq

Muttaqina Imama

Siti Soehah

Rida Nuriyah

Imelda Trisna Rahayu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar