Secangkir Teh dan Baris Aksara
Oleh:
1. Ivo Oxxantara R. P
2. Jefrin
3. Jose D. Correia
4. Alfiya:
5. Noviyanti
6. Alwanir
Seteguk Teh Hangat jadi teman dipagi hari, hembusan angin jadi pelengkap dikala pikiran masih tak menentu. Kufikir jam telah memanggilku untuk kembali bersapa dengan rekan dan dosen "Ah sial, waktu terasa cepat" dalam hati bergumam. "Ayo kita lanjutkan kembali rutinitas membosankan ini".
Aku mulai berbisik di telingamu pelan "Hai mentari mulai memancarkan sinarnya" namun kau tetap diam, akupun berkata "Mulai menikmati manisnya teh di pagi hari."
Ku mulai beranjak memikirkan sebuah aksara yang rumpang. Menikmati secangkir teh mu yang membuat pikiranku jernih "Hmm, nikmatnya teh ini". Karenanya, pikiranku menjadi santai dan membuatku menemukan ide dalam otak. Aku bergegas menulis apa saja yang ada di kepala.
Baris demi baris katapun tercipta menjadi sebuah kalimat yang begitu rumit untuk di mengerti. "Apa ini sudah benar?". Dialogku sambil menyesap kembali secangkir teh dan menikmati rasa yang ia hadirkan di indra pengecapku. Sejenak ku langsung menemukan bait selanjutnya yang harus ku tuliskan.
Ku menulis di atas selembar kertas usang, berharap dia tak akan pernah hilang di makan waktu. "Semoga sesuai dengan ekspektasi." Gelakku menggema, Aku menuliskan kembali sepenggal kata demi kata dengan pena yang setia menemani. "Tak apa, kamu bisa!" ucapku menyemangati diri. Tak banyak kata yang bisa kuracik sebab aku imajinasi terperangkap dalam isi cangkir ini.
Di setiap sesap selalu terselip bayangmu "Apa aku tak apa mengkhayalkan hal yang belum pasti terjadi? Ah, pasti tak apa". Lalu penaku bergerak menumpah segala memori tentangmu. Biarku abadikan semangat juangku di sebuah memori usang ini. Dan berakhir dalam sebuah kemenangan aku tersenyum melihat hasilnya "Aku tak akan pernah lupa hangatnya secangkir teh dan juga uangnya isi pemikiranku saat mengerjakan tugas akhir ini. Rasanya manis semanis masa depanku kelak."
Biarkan rasa isi dalam cangkir ini mewakili seluruh perasaan ku yang ada saat ini.
Ruang Aksara, 12 Agustus 2021
Pejuang Skripsi
Oleh Ahlul Aqdi
Insomniaku membusuk di sudut kamar. Layar laptop masih terbentang. Malam ke malam aku berlayar pada laut yang sepi tuan. Rasanya hari tak pernah siang dan kau, cintaku, yang amat kubenci. Kapan semua ini akan berakhir.
Malam ke malam berlalu seperti helaian kertas yang diterbang angin. Aku sudah di ujung, tetapi ujung yang sangat panjang. Pantai sudah terlihat, tapi laut seakan membelah dirinya, melebarkan jarakku pada daratan.
Awalnya aku melihat ada banyak kapal yang berlayar bersamaku. Namun di laut yang luas, kami berpencar. Sekali terdengar kabar, ada yang sudah sampai di daratan. Sekali juga ada yang hilang dan terbuang.
Malam ke malam aku berlayar sendirian. Memperbaiki segala hal yang kadang tak kumengerti. Rasanya hari tak pernah siang. Dan daratan kian terbenam.
Mahasiswa pejuang toga, begitu aku disapa. Dalam setiap bunyi _keyboard_-ku ada malam-malam yang kuacuhkan. Dalam setiap bunyi _printer_ ada doa yang kuterbangkan. Dan malam-malam aku berlayar, ada letih yang ingin kuhentikan.
Tapaktuan, 12 Agustus 2021
Derap Harap
Oleh:
@Ahmad Kaab
@Alvika PI
@Naily Ts
@Siti Solehah
@Siti Azizah
Waktu terus berputar, berusaha untuk terus berjibaku dengan tugas akhir memanglah membuat kepala pusing tujuh keliling. Berpacu dengan waktu dan menyempatkan walau tak sempat. Tugas akhir adalah tugas yang harus dilakukan untuk ada sejarah dalam hidup yang diukir.
Buku-buku menumpuk di atas meja, mereka adalah temanku saat ini. Penampilan sudah tak dipikirkan lagi, terserah bagaimana pandangan orang tentang diriku yang semakin hari semakin tak bisa menjaga diri, yang terpenting saat ini adalah tugas akhirku selesai. Kepala terasa mau pecah karna terlalu penuh menampung ide-ide yang akan kutuangkan dalam secarik kertas. Kemudian kertas itu masih harus kususun dalam bentuk buku, entahlah rasanya aku sudah seperti profesor saja.
Terkadang pusing bisa berpuing-puing. Tetapi kalau mengingat bahwa tujuan akan segera tercapai, disitu semangat mulai tumbuh kembali. Meski terkadang beberapa hambatan seringkali menghampiri. Tugas akhir memang bukan akhir dari segala tugas, melainkan permulaan dari tugas-tugas selanjutnya.
Pejuang toga
Kala diri ini mulai patah
Waktu kian berputar tanpa henti
Percikan ujian mulai menyapa dalam atma
Tubuh mulai lelah. Namun, ia yang kudamba 'kan kucapai dengan segera. Berharap citta 'kan segera terlaksana. Tak lupa pula, ikhtiar ini kuiringi dengan do'a. Walau kutahu, juang ini bukan akhir dari segalanya. Rintang panjang masih harus kuterjang. Menuju kehidupan nyata yang menanti disana. Selaksa juang yang menunggu tuk kita selami. Ialah kehidupan yang haqiqi.
Samudera Asa, 12 Agustus 2021
Tidak ada komentar:
Posting Komentar