Jerit Pertiwi
Tak henti bibir ini menggubah syukur dan dzikir
Takjub akan ciptaanNya yang tiada cela
Terpukau dengan segala tata letak yang paripurna nan apik
Semakin menebalkan iman dalam dada
Pagi tadi,
Kicau burung bersaut-sautan
Sinar surya memacar indah dari balik awan putih berundak-undak
Pohon-pohon lebat masih basah daunnya sisa hujan semalam
Siang ini,
Matahari tidak seterik kemarin
Langit pun tidak terlihat berawan
Angin berhembus kuat menggugurkan dedaunan yang belum sempat menguning
Lalu semua itu berubah menjadi sendu
Desiran angin alam tak lagi merdu
Pertiwi tak lagi aris seperti dahulu
Jeritan sang Ibu pun menyayat kalbu
Tak lagi kulihat burung berkicau riang
Bersembunyi dibalik rumah anyaman
Saling mendekap tak melepaskan
Mengisahkan kepiluan
Tanpa kata tanpa frasa
Bumiku rusak
Derita saling sambut bersama derunya angin
Ego mengalahkan, hilang jawaban sang alam
Ruang Kolaborasi, 25 Februari 2020
Kelompok 4
Yang mengerjakan:
1. St. Nur Inayah. Mt
2. Frilla Ainur Rahma
3. Fifiana Astitining Tiyas
4. Fera Dwi Haryati
5. Wulan N S
Tidak ada komentar:
Posting Komentar