Rerintik hujan mengetuk jendela, bulan purnama menggagahi angkasa, langit mulai melipat diri, menitip hujan tak kunjung henti.“Mengapa Rayhan tidak terlihat saat ini ada apa dengannya?” batinku.
*KRIIIING*
Terbaca di layar handphone nanda. “Hai Nanda! Tebak aku ada dimana?”
Kemudian Nanda pun membalas pesan dari Rayhan “Kemana saja kamu? Mana ku tahu hari ini kau tak memberi kabar seperti biasanya”
“Haha rindu ya dengan sahabatmu ini? Hey cepat keluar sebelum aku menggigil beku!” balasnya.
Kemudian Nanda pun menuju ruang tamu untuk membuka pintu. Saat membuka pintu dia melihat rayhan membawa kue dan lilin.
“Hey, ulang tahunku masih jauh, buat apa kau membawakan kue dan lilin?” Nanda tertawa lebar.
“Ge er banget sih, siapa juga yang bilang kuenya buat kamu. Kapan aku disuruh masuk, keburu membeku disini nih, nanti aku jadi es batu terus dikunyah sama kamu si pemakan es batu” balas Rayhan
“Iya bawel ayo cepat masuk biar gak diculik pocong haha” Nanda membalas ledekannya.
“Yee.. justru kebalik aku yang culik pocong mau kubuka pertunjukkan debus pocong biar cepet kaya hahaha”. Keduanya tertawa keras.
“Rayhaan...rayhan… haha, lantas ada apa kamu bawa kue dan lilin?” tanya Nanda dengan rasa penasaran.
“Ada orang tua mu tidak?” Rayhan balik bertanya.
“Tidak , mereka sedang menjenguk nenek. Emangnya kenapa sih?” Nanda makin penasaran.
Rayhan menitip kue di tangan Nanda dan membuka isi tas nya, lalu mengeluarkan terompet kecil dan topi ulang tahun. “Pakai ini! Aku dapet beasiswa di Jepang, jadi kita rayain sama-sama!!! Horeee” Rayhan memberi topi pada Nanda lalu meniup terompet dengan kerasnya.
“Waah, Rayhan, kamu hebat! Selamat yaa aku turut bangga denganmu walau kadang nyebelin haha.” Teriak Nanda sembarimengacak acak rambut rayhan.
“Aku sempat bimbang aku mengambil kesempatan ini atau tidak, satu sisi, itu impianku, di sisi yang lain, aku jauh darimu. Nanti, siapa yang akan menemaniku minum kopi di warung kopi Kang Dadang depan komplek kala hujan? Siapa yang akan menemaniku kala malam jam luangku berdiri di depan jendela masing-masing sambil mengejek satu sama lain dengan selembar kertas?” ucap Rayhan dengan raut muka sedih yang mendalam.
“ Kejar impianmu, jangan fikirkan aku! Kita bisa memberi kabar lewat handphone kan? Aku janji aku akan datang di wisudamu nanti memakai gaun merah yang kamu impikan dari kecil ahahaha. Sudah ah! Belum apa-apa kau sudah terancam rindu, haha, lebay kamu !! telan nih terompetnya, buat apa bawa terompet kalau suasananya jadi melow gini haha” balas Nanda dengan nada bicara yang diaturnya.
Nanda mencoba mengembalikan suasana dengan jutaan tawa meski perih terasa di setiap hela udara. Sedari dulu Nanda dan Rayhan selalu bersama sejak Rayhan pindah didepan rumahnya pada saat di Sekolah Dasar.
“Masa sih? Kamu kali yang rindu karna gaada lagi yang nemenin main Playstation haha”,
“ Geer wuuu… lalu kamu kapan berangkatnya han?”
“Minggu depan Nan, makanya kita rayakan sekarang, hahaha. Oh iya, nanti kamu wajib antar aku ke bandara ya!” Sambil memegang pundak Nanda.
“ogah! berangkat saja sendiri aku mau namatin RESIDENT EVIL ke 7 weeeee…” tolak Nanda seraya menjulurkan lidah.
Rayhan pun membalas ledekan Nanda dengan mengkelitiki perut nanda hingga nanda takuasa berteriak tawa.
“Sudah han! Kalo gak berhenti juga aku taruh kecoa nanti di kopermu” ujar nanda sambil tertawa kegelian dan melerai tangan rayhan.
Malam semakin larut, ribuan bintang perlahan mulai pamit dan tetes hujan mulai tak memunculkan dirinya. Rehan pamit didepan pintu dan pulang kerumahnya “Nan, udah malem nih aku pulang dulu ya, yang bener jaga lilinnya” kata rayhan.
Nanda mengambil krim kue lalu mengoles ke wajah rayhan dan berkata “yeee … ngeselin banget nih ari-ari laron, aku yang jaga, kamu yang ngiterkan? Wahahaha” Nanda tertawa puas.
Rayhan pun membalas dengan mengoles krim kue ke wajah Nanda dan langsung lari kerumahnya.
*KRIINGGGG…*
Panggilan masuk dari Rayhan mengawali pagi Nanda.“Halo?? Luwak white coffee gak bikin kembung?” dengan suara berat menahan kantuk.
“WOI BANGUN!!! ANAK CEWE JAM SEGINI BELUM BANGUN, REZEKINYA NANTI KEPATOK BANDOT, EH, AYAM AHAHA” teriak Rayhan lewat handphone.
“BERISIIIIKK!!! Mau tidur enak aja susah! Bilangin ke ayamnya matok kamu aja biar gak ganggu orang mulu” membalas teriakan Rayhan dengan mata sayup sayup.
“Udah cepet bangun, kita lari pagi biar gak letoy kaya sayuran pasar haha! Sana siap sia,p aku tunggu 15 menit kalo belum siap juga aku cabut poster dan koleksi one direction kamu biar tau rasa“ Rayhan menantang nanda. Nanda pun membuka jendela kamar dan memasang muka masam lalu bergegas siap siap untuk lari pagi.
“Maaah… aku lari pagi dulu ya sama Rayhan, Assalamualaikum” pamit Nanda dengan wajah yang masih ngantuk dan suara berat. Rayhan berada di depan pintu menunggu nanda.
“Iya, Nanda awas itu didepan ada ….“ belum selesai Ibu bicara, Nanda sudah tersandung gundakan ubin dirumah. Rayhan pun tertawa keras tanpa memperdulikan nanda.
“Iiiiih…. Sakiiiit… rayhan bantuin kek bukan malah ketawa”sambil memegang kaki kanannya yangg tersandung. Rayhan bergegas menggendong nanda keluar.
“Tante, Nandanya aku ajak ke Taman ya, biar gak tidur lagi di rumah, Assalamualaikum tante” kata Rayhan
“Waalaikumsalam, hati-hati nak rayhan” jawabnya.
Matahari mulai mengintip di atas langit, kicauan burung menyambut Nanda dan Rayhan dipagi itu sambil menyusuri jalan menuju taman. “Nanda ..” Rayhan memanggil.
“Hm, apa?!” sahutnya dengan wajah masam menahan sakit.“
“Kau tahu? Tuhan maha kreatif”.
“Maksudnya?”
“Tuhan Maha kreatif, Dia menciptakan berbagai kalimat semangat untuk hidupku dan salah satunya datang darimu”
Terbesit senyum tipis dari bibir nanda dan tiba tiba rasa deg-degan muncul di dada. “Ada apa ini? Kok aku terasa deg-degan ketika Rayhan berkata seperti itu?” batinnya.
“Han kita duduk dibawah pohon sana aja yuk, gak terlalu ramai juga biar kakiku bisa diluruskan sebentar baru deh kita jogging”
“Siap ibu bosss”
“Sammpeee….” Sambil menurunkan nanda
“Alhamdulillah..”
“Badan kamu berat banget sih nan, makan orang?”
“Rayhaan iih, emang ya?”
“Canda deng, gk berat kok badan kamu cuman pipi kamu aja yg berat alias tembem wlee “menyubit pipi Nanda.
“Rayhaaan…”
Mereka bercanda dibawah pohon dan diantara keramaian taman hingga lupa untuk memulai lari pagi.
“Han, udah ah yuk lari, ngajak ke taman tapi malah bercanda disini wooo dasar gendut” ajak Nanda.
“Ya udah ayuk!” sambil memegang tangan nanda.
“Rayhaan, ngapain megang tanganku?!”
“Kata nya lari, ya ini mau lari ke pelaminan sama kamu, hahaha”
“Apaaan si ga lucu ga nyambung “ mendorong Rayhan.
“Canda kaliii, hahaha” sahut rehan.
Mereka berdua pun memulai lari pagi mengitari taman. Nanda pun lari tersenyum senyum mengingat hal tadi. Rayhan melihat dan menyadari arti senyum yang terbesit dari wajah nanda. Tak lama kemudian.
“Han, kita istirahat disana yuk dekat tukang mie ayam”
“Okeh” sahut rayhan.
Setibanya disana.
“Bang mie ayam 2 ya”. “Iya neng”. Jawab tukang mie ayam.
(Tak lama kemudian)
“Ini mie ayamnya neng” sambil memberi mangkok kepada Nanda.
“Makasi, Pak”. Ucapnya.
“Nan, Aku gak mau mie ini”, bisik rayhan ke Nanda.
“Ini enak tau, terus kamu maunya apa si?”
“Mie (me) and you, ahaha” Menunjuk dirinya dan Nanda.
“Kau mau kukutuk jadi mangkok legend kaya gini ha?! Udah cepet makan gausah banyak gombal gembel “, sengut Nanda.
“Iya ini bawel, kalo galak makin manis jadi kalah manis mie ayamnya, ahaha”
“Udah deh Hannn” Nanda memasang raut wajah masam.
Ribuan kalimat tanya memenuhi thalamus otakku “Ya Tuhan… ada apa dengan hatiku ini? Mengapa aku deg-degan seperti ini? Tak mungkin aku jatuh cinta dengan teman kecil yang sudah ku anggap seperti kakakku sendiri” hatinya berbicara sambil menghabiskan mie ayam di mangkoknya.
Tak lama kemudian makanan pun habis dan mereka berjalan untuk kembali kerumah. Semasa di perjalanan, gerimis perlahan menghampiri.
“Han, gerimis! Ayo pulang nanti kamu sakit di Jepang dingin loh bukan kayak di Bekasi”
“Nan! Ayo” Rayhan menadahkan tangan untuk mengajak Nanda menari di bawah rintikan gerimis.
Gerimis dan suaramu, melodi apa lagi yang lebih indah dari itu? Hari itu, Nanda serasa ingin menyihir waktu. Andai ada baterai yang bisa membuatnya bergerak lebih lambat dan membuat gerimis tak kunjung usai ketika mereka menari.
“Teruntuk Rayhan. Seperti gerimis, aku jatuh perlahan-lahan padamu” batinnya sambil menatap Rayhan yang sedang menikmati gerimis membasahi bumi.
“Nan, kamu harus ikut aku” menarik tangan Nanda.
Mereka berjalan ke arah warung kopi depan komplek mereka.
(Sesampainya disana)
“Eh.. Nak rayhan kenapa ujan-ujanan atuh. Nanti masuk angin mamang teh teu hayang ngerokin kamu ah, capek”
Nanda tertawa keras mendengar omongan Kang Dadang tentang Rayhan.
“Ssstt, Kang, ah!, pesen kopi 2, yang 1 gulanya dikit aja. Karna wajah saya udah manis takut saya jadi kena kencing manis, ahaha”
“Huwekk!!!” Nanda memasang tampang jijik.
“Jadi teringat ya, Nan, dulu setiap sore kita main sepeda berdua dan kalo hujan kita tinggalin sepedanya, terus lari ke warung kopi nya Kang Dadang” ucap rayhan sambil sesekali tertawa.
“Ahahaha, iya, kita gak pernah bayar dan selalu bilang, Kang bayarnya minta ke Papah ya!” sahut Nanda sambil ketawa.
Mereka pun bernostalgia masa kecilnya meski perih menerjang rasa satu sama lain. Hujan pun reda Rayhan pun mengantarkan Nanda pulang. Sesampainya mereka didepan rumah melihat ada seorang tamu yang duduk diteras rumah Nanda.
Nanda pun menghampirinya Rayhan pun berpamitan meski dia bersembunyi dibalik pohon pohon kecil karna rasa penasarannya. Sebab Anji adalah Pria idaman Nanda pada saat SMA, Nanda selalu cerita perihal kekaguman Nanda terhadap Anji ke Rayhan walaupun Anji sudah memiliki pacar.
“Hay, Nanda!” Bangun dari kursi dan tersenyum pada Nanda.
“Anji? Kok bisa kesini? Ada apa?”
“Jadi gini, Aku mau kasih bunga ini ke kamu. Dan aku baru tau kamu suka padaku meski aku sudah memiliki pacar. Percayalah Nan! Aku juga dulu suka padamu tetapi saat itu kau dekat sekali dengan Rayhan dan kukira kalian ada hubungan lebih makanya kucoba move on. Tetapi Nisa menceritakan semuanya. Dan…. Maukah kamu jadi pacarku Nan?”
Nanda terkejut, Hatinya berdegup kencang, fikiran tidak karuan sebab pria yang idamkan semasa SMA mencintainya. Di satu sisi Nanda bingung karna dia sudah tumbuh perasaan terhadap Rayhan. “Hmmm ku terima saja lah ya, Rayhan kan sudah kuanggap kakak sendiri” Fikirnya.
“Ji, Aku mau” Nanda mengambil bunga yang disodorkan Anji, dan tersenyum padanya.
Seperti tiga pedang menghujam jantung. Meneteskan bilur di kepala, menitipkan perih di setiap hela udara. Dada Rayhan pun terasa sesak melihat hal yang terjadi pada Nanda. Dirinya disana, tapi merasakan kehilangan apa yang ada di dalam dirinya.
Hampir 5 hari Nanda tak memberi kabar pada Rayhan, padahal dia ingin sekali mengabiskan seminggu ini untuk bermain bersama sebelum pergi ke Jepang. Malam sebelum keberangkatan Rayhan pun tiba, Rayhan datang ke rumah Nanda untuk mengajak ke Warung Kopi depan Komplek dia untuk memberi sebuah buku kecil dan secarik amplop berisi kertas untuk Nanda.
“Assalamualaikum.. Nanda “
“Waalaikumsalam, nak Rayhan..” Mamahnya Nanda pun keluar dan menjawab salam.
“Nandanya ada tante?”. Tanya Rayhan.
“Nanda baru saja keluar katanya mau ke Mall membeli perlengkapan untuk pesta kejutan teman nya”
“Oh, gitu, ya sudah, Rayhan titip ini ya, Tante. Taruh di laci kumpulan barang mainan yang aku pernah kasih ke Nanda. Jangan diberi tahu jika aku memberinya” Rayhan memberi buku kecil dan secarik amplop.
Keesokan pagi harinya, Rayhan tiba di Bandara. Matanya tertuju pada pemberhentiaan Taksi berharap seseorang yang ia harapkan turun dari Taksi salah satu tersebut. “Sepertinya Nanda belum bangun / lupa akan janjinya untuk menemuiku di Bandara?” Rayhan bergumam. Pesawat sudah siap untuk berangkat dan terbang menuju Jepang.
“Nan, bangun! Ada temen kamu Anji” Ucap mamahnya.
“Iya mah, aku keluar” Jawab Nanda
“Nan! Ayo, kita gak jadi kerumah Fira? Acara party nya mulai jam 10 loh”
“Tunggu, aku siap-siap dulu”
Nanda ternyata benar benar lupa akan janjinya pada Rayhan.
“Ayo Ji” Ajak Nanda
“Sebentar deh, sekarang hari apa, Ji?” Tanya Nanda pada Anji.
“Minggu, kenapa emang?”
“Ya ampun aku lupa hari ini Rayhan berangkat ke Jepang! Pasti dia marah padaku" Jawabnya dengan panic.
“Kenapa kau memikirkan rayhan? Hey kau sudah ada aku , dan aku sudah menunggumu dari tadi. Kau tidak memikirkan aku?” jawab Anji dengan kesal.
“Maafin Aku , Aku ga bermaksud. Yasudah ayo kita ke rumah Fira”
Ajaknya.
3 Tahun lebih sudah berlalu.
“Hey, Nanda bagaimana kabarmu? Sedikit lagi aku akan menyelesaikan masa perkuliahanku. Kau tahu? Kau tetap menjadi alasan untuk berjuang dan sumber penyemangat dengan kata katamu yang selalu kuingat dan kutulis di dinding kamarku. Entah terbuat dari apa dirimu. Ketika kuucap namamu, thalammus di otakku tak henti menggambar wajahmu dan nadiku bergemuruh.” Batinnya sambil menikmati kopi hangat dibawah gerimis kota Kyoto.
20.00 WIB
Nanda hendak keluar dengan Nisa untuk mengunjungi sebuah Mall, membeli perlengkapan tugas kuliahnya. Saat hendak memasuki lift, Nanda melihat seperti sosok Anji sedang makan di sebuah resto dengan perempuan lain.
Nanda pun menghampirinya dengan perasaan kesal, sebab itu benar Anji dengan perempuan lain. Nanda pulang ke rumah dan masuk ke kamarnya. Dia menangis sekencang-kencangnya, Ia butuh sandaran, Ia butuh sosok penghibur untuknya yang tidak lain ialah Rayhan. Rasa sesal menyelimuti fikiran dan hati Nanda, ia meninggalkan dan perlahan melupakan orang yang selalu ada untuknya demi orang yang ia cintai dan kini, orang tersebut mengecewakannya.
Nanda membuka laci dengan sekumpulan kenangan sepanjang hidup Nanda dan Rayhan ketika bersama. Lalu, ia melihat ada sebuah buku kecil dan secarik amplop di sana. Nanda bergegas membuka buku kecil tersebut. Ternyata isinya adalah kenangan terindah mereka berdua dan Rayhan menuliskan sebuah puisi untuknya. Lalu, Nanda pun membuka secarik amplop yang berisikan sebuah pesan janji yang pernah disepakati oleh merka berdua.
“Hey Nanda, Ini detik Aku melepasmu. Dan Aku akan kembali lagi pada bayanganmu dan menggenggam hampa jemari yang berjarak. Aku turut bahagia dengan orang yang selalu Kau ceritakan padaku saat dulu. Hey, Aku pamit ke Jepang ya, aku tetap teringat dirimu mengenakan Gaun Merah saat kuwisuda disana. Lupakan saja, tak mengapa. Kalau Kamu datang, Aku berjanji tidak akan bertanya kenapa baru sekarang. Kalau Kamu datang, Aku berjanji tidak akan membuatmu berdiri didepan pintu terlalu lama dan, tolong jangan pergi!!”
Hening kamar kemudian pecah dengan isak tangis yang Nanda rasakan. Ia sadar seharusnya pada saat Anji menembak, Ia menolaknya agar tak kehilangan perasaan cinta pada Rayhan sekaligus tak melupakan Rayhan begitu saja, padahal, yang selama ini ada untuknya adalah Rayhan seorang. Karena tangisan Nanda kencang, Mamah Nanda pun masuk ke kamarnya.
“Ada apa cantik, kok nangis gini?” Tanya Mamah Nanda
“Aku telah mengecewakan Rayhan hanya karna Anji, Mah, saat itu Aku hanya memikirkan duniaku tanpa memikirkan perasaan Rayhan. Dan pada saat aku membuka laci aku menemukan ini, Mah” jawab Nanda dengan isak tangis.
“Iya, rayhan memberi ini, dia sempat mencarimu cuman kamu sedang keluar bersama Anji.” balas Mama.
Karna tak sengaja mendengar isakan tangis Nanda, Haris kakak Nanda datang.
“Ada apa sih, kok nangis gini, kayak anak kecil?” tanya Haris.
“Adikmu ini, mengecewakan Rayhan karna pacarnya itu loh bang” jawab sang Mamah
“Hmmm, giliran gini aja baru nyesal, sesal megecewakan apa sesal karna baru sadar kamu ada rasa sama dia? Hahaha. Tak usah menangis, aku baru dapat kabar dari pamannya Rayhan, minggu depan dia wisuda di Kyoto” ucap Haris dengan santai.
“Benarkah, Bang? “ Tanyanya.
“Iyaa, udah gak usah nangis itu mata bengkak banget kayak belum ikut suntik kaki gajah” ledek abangnya.
Minggu depan pun tiba. Rayhan teringat janji yang pernah Nanda ucap bahwa dia akan datang dengan Gaun Merah. Sorot matanya tak lepas dari pintu masuk gedung berharap seseorang wanita cantik yang ia harapkan datang dan memakai gaun merah. Acara wisuda pun selesai, Rayhan keluar dengan perasaan kecewa yang sangat mendalam. Ia pun mencoba menenangkan diri di taman belakang kampusnya.
“Sedang menunggu perempuan bergaun merah, Tuan?” Muncul suara dari arah belakang.
Rayhan menoleh ke belakang dan mengenali perempuan tersebut yang tak lain ialah Nanda. Nanda terlihat cantik mengenakan gaun merah saat itu.
“Nanda? Ini kamu? Cantik sekali” puji Rayhan sambil memastikan.
“Iyalah masa aku kang dadang ih!” sengut Nanda.
“Kamu perempuan cantik yang pernah aku lihat” puji rehan dengan menatap Nanda.
“Mulai deh gombalnya, dari dulu gak ada habis-habisnya. Ini buat kamu” Nanda memberi bingkisan kotak pada Rayhan.
Rayhan pun membukanya. Isi dalam kotak tersebut ialah Kopi Kang Dadang dan secarik amplop” Rayhan membaca isi amplop tersebut.
“Ketika datang kepadaku sebuah pertanyaan, cinta itu seperti apa? Menurutku cinta ialah ketika aku meminta mata untuk terus melihat punggungmu, hingga hilang diujung jalan depan rumah. Ketika sesuatu yang menahanku untuk tidak berkedip, takut akan kehilangan senyummu. Ketika sesuatu yang terselip di jari, kala kamu menggengam tanganku. Harmoni tawa untuk sebuah hal hal yang tak lucu dilakukan bersama-sama. Ketika aku dan kamu sama-sama ingin mewujdukan apa-apa yang kita inginkan. Sepertinya aku belum tahu banyak tentang cinta, kita hanya sebatas teman kecil yang menghabiskan detik bersama”
Rayhan melipat amplop tersebut dan berkata pada Nanda.
“Aku tidak pernah menanyakan apa itu cinta hingga kau datang dengan ribuan tanya. Nan, jawaban dari pertanyaan di fikiranmu ialah Kau. Dan Kau, adalah jawabanku, atas hal hal yang bahkan belum kutanyakan.”
Nanda pun tersipu malu.
“Maukah kita bersama sama hingga aksara memudar dan detik jam tak berputar lagi, teman kecilku? Tanyanya sambil memegang tangan Nanda.
“Iya,” Nanda mengangguk dan memberi jawaban pada Rayhan.
Pada saat itu Kota Kyoto menjadi saksi perjalanan kisah hidup mereka yang bermula bersahabat sebagai teman kecil dan sekarang mereka menjadi teman hidup.
01 Maret 2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar