Sedang pohon cinta telah luruh
Aku memeluk candra supaya tak jatuh
Namun kaulah supernova yang akbar
Kita adalah fana
Yang kekal Tuhan semesta
Agenda kita bersua di depan rumah
Realitanya berparak di persimpangan
Kita adalah disparitas
Terbentang sehasta, sedepa
Lantas berakhir di dua kutub kontras
Dan melebur menjadi buih
Akan kuambilkan kau pelangi
Namun kau suka gelap gulita
Akan kubuatkan kau puisi
Namun ternyata kau niraksara
Tidak ada cinta yang sederhana
Ia rumit, bagai algoritme
Pun serapuh rumah laba-laba
Yang seperti kita
Sekuat apapun harap dipegang
Ia akan putus dimakan rayap
Sudah sedari lama, kau menjadi semestaku
Tapi sejauh mana pun, di matamu aku bukanlah yang istimewa
Tasikmalaya, 06 Maret 2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar