Minggu, 22 Maret 2020

Hipogram_Cinta Laki-Laki Biasa_Annisa Qurrata A'yun


Sejak kata sah terucap di hari itu, aku merasa menjadi lelaki yang paling bahagia di dunia. Mendapatkan hati seorang wanita cantik dan pintar sepertinya. Aku tahu banyak pihak yang terheran bahkan tidak menyukai pernikahan ini. Orang tuanya pun ketiga kakaknya sangat melarang keras. Bahkan jika mereka tahu kedua orang tuaku juga merasa sangat tidak percaya bahwa anaknya ini dapat mempersunting seorang wanita cantik jelita dan pintar seperti Nania. Yang pastinya aku tidak ada apa-apanya jika dibandingkannya.

Aku tahu Nania bahkan tak dapat menyanggah pertanyaan kenapa dari setiap orang, setiap kali dia mengantarkan surat undangan pernikahan kami saat itu. Belum lagi di saat Nania terlihat tertekan hingga membuat pipinya bersemu merah dan mata yang berpijar bagaikan lampu neon lima belas watt. Aku melihatnya dari kejauhan ia seperti sudah memikirkan banyak kata sanggahan, namun hingga beberapa saat menunggu pun Nania tetap tak dapat mengeluarkan suaranya. Sungguh aku tak marah padanya. Di sini akulah yang seharusnya sadar diri karena aku belum dapat menjadi lelaki yang tepat baginya. Jika kalian tahu Nania bukanlah gadis biasa. Dia cukup sempurna bagi diriku.

Hanya lelaki biasa dengan kepintaran standar dan hanya memiliki cinta untuknya. Dari keluarga biasa, kedua orang tuaku bukan orang kaya. Ayah yang bekerja sebagai pegawai kantor dengan penghasilan seadanya dan Ibuku seorang ibu rumah tangga merangkap sebagai pedagang nasi bungkus di halaman rumah, memiliki dua orang adik yang masih membutuhkan tunjangan biaya pendidikan. Pendidikanku pun biasa sebatas tamatan SMA dan langsung mencari pekerjaan dengan alasan tak ingin merepotkan orang tua. Serta pekerjaan dan gaji yang amat sangat biasa. Dan kini kami menikah, walau yang kutahu Nania terus terganggu dengan pertanyaan orang mengenai alasannya mau bersama membangun rumah tangga bersamaku.

Setahun kami menikah.

Masih banyak orang yang membicarakan kami karena ketimpangan ini. Banyak yang masih meragukanku dan diriku masih saja merasa kurang pantas untuk Nania. Intinya mereka terus saja menuntut alasan Nania yang mencintaiku. Sedang diriku hanya dapat memberikan cinta dan kasih sayang tulus untuknya. Aku terus bekerja keras agar bisa membahagiakannya.

Tahun kelima pernikahan kami membuatku semakin ingin bekerja keras. Kami telah memiliki dua orang anak yang sangat lucu. Satu laki-laki dan satu perempuan. Setiap kubekerja semakin Keras Nania selalu mengingatkanku untuk tak memaksakan diri. Dia selalu bilang tak apa untuk menggunakan setiap uang dari penghasilannya. Tapi aku jelas menolaknya. Bukan karena aku terlalu gengsi atau bahkan merasa disepelekan. Tidak sama sekali. Aku hanya ingin tetap memiliki tanggung jawabku sebagai seorang suami dan ayah bagi Nania dan kedua anakku.

Walau aku telah bekerja keras orang-orang yang melihat kami masih saja mempertanyakan alasan kenapa seorang Nania mau bersamaku. Terus saja mereka mempertanyakan hal itu pada seorang Nania istriku, namun nyatanya wanita itu tak juga memberi alasannya.

Yang pasti Nania mencintai Rafli. Itu jawabannya ketika ketiga kakaknya terus mendebatnya perihal diriku yang kalah sukses dengan karir Nania.

Tahun ketujuh. Di mana karir Nania terasa sedang di masa keemasannya. Dia menjadi semakin sukses. Dia pun tak pernah lagi ambil pusing atas tuntutan alasan mencintaiku. Aku yang masih saja berada di tahap biasa saja pun hanya akan terus memberikan kenyamanan bagi seorang istriku.

Tahun kesepuluh. Nania mengandung anak ketiga kami. Aku yang bahagia selalu memperlakukannya dengan sangat istimewa bak ratu. Hingga masa ia melahirkan. Ada sebuah kesalahan. Bayinya tak kunjung menandakan akan keluar setelah diberi beberapa obat untuk mempermudah pun masih saja belum bisa. Akhirnya dengan jalur operasi bayi itu dikeluarkan. Bayinya keluar dengan selamat, namun tidak dengan Nania yang harus menghadapi masa kritis karena pendarahan yang hebat.

Aku tak sedikit pun beranjak meninggalkannya dalam masa itu. Aku terus berada di sisinya kecuali di waktu sholatku. Aku terus memohon akan kesembuhannya. Walaupun semua orang terus saja mengatakan untuk mengikhlaskannya. Dan doaku terkabulkan Nania sadar dari masa komanya. Walau akhirnya dia lumpuh aku tak pernah sama sekali memikirkan untuk meninggalkannya.

Kini setiap orang yang melihat kami masih saja berbisik, namun yang kutahu bisikan itu telah berubah arah. Bukan lagi Nania yang ditanya kenapa. Kini berbalik padaku, banyak yang mempertanyakan apa alasanku masih mempertahankan Nania.

Dan yang aku sadar hubungan kami berdasar cinta. Kami tak perlu memikirkan banyak hal. Karena sesungguhnya tak butuh alasan untuk mencintai.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar